Selasa 16 Aug 2022 14:24 WIB

Sarinah Siap Jadi Mal Bebas Food Waste

Food waste and loss berkaitan dengan kerawanan pangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas saat beraktivitas di Gedung Sarinah, Jakarta, Ahad (20/3/2022). Setelah selesai menjalani renovasi pusat perbelanjaan pertama di Indonesia itu akan dibuka kembali pada Senin (21/3/2022). Badan Pangan Nasional (NFA) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Sarinah Bebas Food Waste, Senin (15/8/2022), di Sarinah Building, Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas saat beraktivitas di Gedung Sarinah, Jakarta, Ahad (20/3/2022). Setelah selesai menjalani renovasi pusat perbelanjaan pertama di Indonesia itu akan dibuka kembali pada Senin (21/3/2022). Badan Pangan Nasional (NFA) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Sarinah Bebas Food Waste, Senin (15/8/2022), di Sarinah Building, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Sarinah Bebas Food Waste, Senin (15/8/2022), di Sarinah Building, Jakarta.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Indonesia Ritel Summit 2022 yang digelar Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) dalam rangka hari Ritel Modern Indonesia (Harmoni).

Baca Juga

Direktur Utama Sarinah Fetty Kwartati mengatakan, sangat antusias melakukan kolaborasi ini dalam rangka menjadikan Sarinah sebagai mal pertama di Indonesia yang bebas food waste. "Kami harapkan program ini dapat diikuti mal lainnya di Indonesia untuk mulai konsen mengurangi food waste, sehingga dapat mengurangi kerugian ekonomi serta berkontribusi bagi ketahanan pangan," kata Fetty.

Arief Prasetyo Adi menambahkan, aksi mengurangi Food Loss and Waste (FLW) merupakan hal yang mendesak. Sebab pemborosan makanan memiliki keterkaitan erat dengan kerawanan pangan dan gizi. Berdasarkan data kerawanan pangan dan gizi NFA, tercatat ada sekitar 74 kabupaten/kota masuk kategori wilayah rentan rawan pangan. Jumlah tersebut berarti 14 persen dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

"Penyebab utama kerentanan pangan adalah neraca pangan wilayah yang defisit dan tingginya presentase penduduk miskin di wilayah tersebut," ujarnya.

Hal ini, tambahnya, sejalan dengan arahan Presiden RI bahwa pemerintah harus bersiap menghadapi krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan yang melanda dunia internasional saat ini.

"Bapak Presiden sangat menaruh perhatian terkait pangan, pekan lalu beliau menyampaikan bahwa lebih dari 300 juta orang di negara lain terancam kekurangan pangan akut dan kelaparan, diperkirakan kalau tidak ada solusi bisa menjadi 800 juta orang. Ini harus menjadi perhatian kita bersama untuk mengurangi pemborosan pangan from farm to table," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Hippindo Budiharjo Iduansjah mengatakan, pelaku usaha siap mendukung sinergi NFA, Sarinah, dan Hippindo dalam mengurangi food waste. Ia berterima kasih atas inisiasi Gerakan Sarinah Bebas Food Waste, mengingat ini menjadi momentum yang penting dalam menyukseskan program strategis pemerintah menjaga ketahanan pangan nasional.

Sebagai informasi, saat ini FLW telah menjadi perhatian serius negara-negara di dunia. Hal tersebut sesuai komitmen yang dituangkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12 poin ke-3, yaitu negara-negara di dunia diharapkan dapat mengurangi 50 persen food waste per kapita di tingkat retail dan konsumen pada 2030.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement