Selasa 16 Aug 2022 14:53 WIB

Utusan Khusus PBB akan Kunjungi Myanmar Pekan Ini

Utusan khusus PBB akan fokus pada penanganan situasi yang memburuk di Myanmar

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Utusan khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, Noeleen Heyzer, akan mengunjungi Myanmar pekan ini. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Utusan khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, Noeleen Heyzer, akan mengunjungi Myanmar pekan ini. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Utusan khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, Noeleen Heyzer, akan mengunjungi Myanmar pekan ini. Rencana kunjungan yang sangat jarang ini terjadi di tengah gejolak politik domestik dan hubungan yang renggang antara Myanmar dan negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN.

"Noeleen Heyzer, utusan khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, berkunjung setelah konsultasi ekstensif dengan aktor dari seluruh spektrum politik, masyarakat sipil, serta komunitas yang terkena dampak konflik yang sedang berlangsung," kata PBB dalam sebuah pernyataan tertanggal Senin (15/8/2022).

Baca Juga

PBB mengatakan Heyzer akan fokus pada penanganan situasi yang memburuk dan kekhawatiran yang terjadi. Hal ini mengacu pada seruan Dewan Keamanan PBB untuk penghentian segera semua bentuk kekerasan dan akses kemanusiaan tanpa hambatan.

PBB tidak memberikan rincian lebih jauh tentang kunjungannya. Juru bicara Junta Zaw Min Tun mengatakan kepada media pro-tentara bahwa Heyzer akan tiba pada Rabu (17/8/2022). "Dia akan bertemu dengan pemimpin negara dan menteri senior lainnya," katanya. Namun ia menegaskan tidak ada permintaan yang dibuat untuk bertemu Suu Kyi.

Junta tidak mengizinkan utusan dari blok regional ASEAN untuk bertemu dengannya. Pengadilan Myanmar pada Senin memvonis Suu Kyi enam tahun penjara setelah dinyatakan bersalah dalam empat kasus korupsi.

Pemimpin veteran oposisi Myanmar terhadap kekuasaan militer berusia 77 tahun itu telah didakwa dengan setidaknya 18 pelanggaran mulai dari korupsi hingga pelanggaran pemilihan. Suu Kyi akan mendapat ancaman hukuman penjara maksimum gabungan hampir 190 tahun.

Suu Kyi menyebut tuduhan itu tidak masuk akal dan menyangkal semua tuduhan terhadapnya. Dia ditahan di sel isolasi dan telah dipenjara selama 11 tahun dalam kasus lain.

Negara-negara Barat dan kritikus junta lainnya mengatakan tuduhan terhadap Suu Kyi dibuat-buat dan ditujukan untuk menghalangi dia kembali ke politik secara permanen. Bulan lalu, junta menghadapi kecaman global ketika mengeksekusi empat aktivis demokrasi yang dituduh membantu aksi teror. ASEAN mengatakan eksekusi itu membuat "ejekan" atas upaya negara-negara Asia Tenggara untuk mencapai perdamaian di negara itu.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement