Selasa 16 Aug 2022 16:55 WIB

Korut Semakin Agresif, AS dan Korsel Gelar Latihan Militer Gabungan Skala Besar

Latihan gabungan ini bertujuan sebagai persiapan dalam menghadapi Korut yang agresif

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membahas kerja sama nuklir dan ancaman Korea Utara (Korut) saat bertemu Presiden Korsel Yoon Suk-yeol. Biden melakukan kunjungan bilateral pertamanya pada Sabtu (21/5/2022).
Foto: (AP Photo/Evan Vucci)
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membahas kerja sama nuklir dan ancaman Korea Utara (Korut) saat bertemu Presiden Korsel Yoon Suk-yeol. Biden melakukan kunjungan bilateral pertamanya pada Sabtu (21/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan akan memulai pelatihan militer gabungan terbesar pekan depan. Latihan gabungan ini bertujuan sebagai persiapan dalam menghadapi Korea Utara yang semakin agresif dalam meningkatkan uji coba rudal dan kekhawatiran terkait senjata nuklir.

Latihan militer tersebut akan berlangsung dari 22 Agustus hingga 1 September di Korea Selatan. Latihan yang bertajuk Ulchi Freedom Shield akan mencakup latihan lapangan yang melibatkan pesawat, kapal perang, tank, dan kemungkinan mengerahkan puluhan ribu tentara.

Baca Juga

Latihan tersebut menggarisbawahi komitmen Washington dan Seoul untuk memulihkan pelatihan skala besar, setelah mereka membatalkan beberapa latihan reguler mereka dan latihan dalam simulasi komputer. Pembatalan latihan gabungan sebelumnya bertujuan untuk menciptakan ruang bagi diplomasi dengan Pyongyang, dan terkendala pandemi Covid-19.

Amerika Serikat dan Korea Selatan memperkirakan, latihan gabungan Ulchi Freedom Shield hampir pasti akan menarik reaksi marah dari Korea Utara. Pejabat di Kementerian Pertahanan Seoul dan Kepala Staf Gabungan tidak mengomentari jumlah pasukan AS dan Korea Selatan yang akan berpartisipasi dalam Ulchi Freedom Guardian Shield.

Latihan tersebut akan dimulai dengan program pelatihan pertahanan sipil Korea Selatan selama empat hari yang dipimpin oleh pegawai pemerintah. Latihan ini dilaporkan akan mencakup simulasi serangan bersama, penguatan senjata, dan pemindahan senjata pemusnah massal.

Korea Selatan dan AS juga akan berlatih serangan pesawat tak berawak dan perkembangan perang baru lainnya yang ditunjukkan selama perang Rusia di Ukraina. Termasuk mempraktikkan tanggapan militer-sipil bersama terhadap serangan di pelabuhan laut, bandara, dan fasilitas industri utama seperti pabrik semikonduktor.

“Arti terbesar dari (Ulchi Freedom Shield) adalah latihan gabungan dan pelatihan lapangan, yang (berkontribusi) pada pembangunan kembali aliansi Korea Selatan-AS, serta postur pertahanan gabungan,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Moon Hong-sik.

Beberapa ahli mengatakan, Korea Utara kemungkinan menggunakan latihan itu sebagai alasan untuk membangkitkan ketegangan. Korea Utara telah memperingatkan bahwa mereka akan pembalasan terhadap Korea Selatan atas wabah Covid-19. Sebelumnya Korea Utara mengklaim bahwa, wabah Covid-19 di negaranya disebabkan oleh selebaran propaganda anti-Pyongyang dan benda-benda lain yang diterbangkan melintasi perbatasan dengan balon yang diluncurkan oleh aktivis di Korea Selatan.  

Ada kekhawatiran bahwa, ancaman Korea Utara itu menandakan provokasi, termasuk kemungkinan uji coba nuklir atau rudal besar, dan pertempuran perbatasan. Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press Television bulan lalu, Wakil Direktur sebuah lembaga think tank yang dijalankan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Choe Jin, mengatakan, Amerika Serikat dan Korea Selatan akan menghadapi tantangan keamanan yang "belum pernah terjadi sebelumnya", jika mereka tidak menghentikan kampanye tekanan militer yang bermusuhan, termasuk latihan militer bersama.

Sementara juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Kim Jun-rak, mengatakan, militer Korea Selatan dan AS terus mengawasi kegiatan serta fasilitas militer Korea Utara. Sebelumnya AS dan Korea Selatan mengadakan latihan bersama besar setiap musim semi dan musim panas di Korea Selatan. Latihan musim semi mencakup latihan tembakan langsung yang melibatkan berbagai aset darat, udara dan laut. Latihan ini biasanya melibatkan sekitar 10 ribu tentara Amerika dan 200 ribu tentara Korea.

Puluhan ribu tentara AS dan Korea Selatan telah berpartisipasi dalam latihan musim panas, yang sebagian besar terdiri dari simulasi komputer untuk mengasah pengambilan keputusan dan perencanaan bersama. Permusuhan telah meningkat di Semenanjung Korea sejak negosiasi nuklir AS-Korea Utara gagal mencapai hasil pada awal 2019.

Departemen Pertahanan AS mengatakan, angkatan laut AS, Korea Selatan dan Jepang mengambil bagian dalam  latihan pencarian dan pelacakan rudal balistik di lepas pantai Hawaii dari 8 hingga 14 Agustus. Latihan ini bertujuan untuk memajukan kerja sama trilateral dalam menghadapi  tantangan Korea Utara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement