REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi ketegangan krisis energi akan berkurang. Sehingga mempengaruhi harga minyak dunia. Hal ini kemudian akan mempengaruhi Indonesian Crude Price (ICP).
Sri Mulyani dalam asumsi makro 2023 hanya mematok ICP di angka 90 dolar AS per barel. Lebih rendah dari kondisi ICP hari ini yang sudah menyentuh diatas 100 dolar AS per barel.
"Kondisi global mengalami softening. Hal ini yang kemudian kami perkirakan harga minyak dunia tidak akan lebih tinggi daripada tahun ini," ujar Sri Mulyani di Kantor Dirjen Pajak, Selasa (16/8/2022).
Sri Mulyani juga mengatakan realisasi rerata harga minyak sampai dengan Juli tahun ini mencapai 104,9 dolar AS per barel. Melihat adanya penurunan meski harus waspada dengan ketidakpastian harga, maka membuat pemerintah mematok ICP berada di angka 90 dolar AS per barel.
"Kita berasumsi dengan dunia growthnya turun, maka permintaan terhadap minyak akan lebih soft sehingga presure semakin rendah kepada harga minyak," ujar Sri Mulyani.
Pada penutupan perdagangan Senin (15/8/2022), harga minyak dunia ditutup dengan penurunan hingga 5 persen. Harga minyak dunia jenis Brent ditutup di level 93,17 dolar AS per barel sementara WTI ditutup sebesar 87,31 dolar AS per barel.
Mengutip dari AFP, harga minyak dunia merosot pada pekan ini dipengaruhi oleh kekhawatiran global terhadap krisis ekonomi dunia. Global khawatir dengan penurunan konsumsi karena potensi perlambatan ekonomi sehingga OPEC bersepakat untuk mengambil langkah peningkatan produksi minyaknya.