REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis gestur dan mikroekspresi dari Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR) Monica Kumalasari mengungkapkan, Presiden Joko Widodo mempunyai harapan dan keyakinan untuk Indonesia yang terus bertumbuh saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI, Jakarta, Selasa.
Menurutnya, Presiden tidak terlihat emosi atau ekspresi baik secara mikro maupun gestur saat menyampaikan apresiasi terhadap kinerja lembaga-lembaga negara. "Hal tersebut kongruen dengan isi pidato," ungkap Monica saat dihubungi Antara.
Awalnya, Presiden menyampaikan fundamental ekonomi Indonesia sangat baik di tengah ekonomi dunia yang sedang bergolak. Di satu sisi, RI memang harus tetap waspada dan harus tetap hati-hati. Namun di sisi lain, agenda-agenda besar bangsa harus terus dilanjutkan untuk meraih Indonesia Maju".
Monica mencatat, ada mikroekspresi kemarahan saat mengatakan agenda-agenda besar bangsa harus terus dilanjutkan untuk meraih Indonesia Maju.
Presiden Jokowi saat itu mengenakan pakaian adat Paksian dari Provinsi Bangka Belitung dengan motif Pucuk Rebung yang melambangkan kerukunan, serta warna hijau yang melambangkan kesejukan, harapan dan pertumbuhan.
Menurut Monica, pesan Presiden melalui baju adat yang dikenakannya tercermin dalam pidato yang disampaikannya. Dalam pidatonya, beliau banyak membahas terkait pertumbuhan, kekuatan dan peluang.
Dia juga mengomentari dua ajudan yang berdiri di belakang Presiden. Pada sidang tahun sebelumnya, para ajudan mengenakan seragam dari kesatuannya.
Namun tahun ini, mereka mengenakan pakaian adat. Beberapa dugaan terkait hal tersebut antara lain usaha untuk menetralkan kondisi yang sedang tidak kondusif sehubungan dengan kredibilitas Kepolisian Negara Republik Indonesia mensinergikan ragam kesatuan para perwira dan membangun kedekatan dengan masyarakat.
Dia lalu menyimpulkan, Presiden Jokowi selain mempunyai harapan dan keyakinan untuk Indonesia, juga tegas bersikap terhadap penyalahgunaan wewenang dari lembaga negara. "(Presiden juga) konsisten dalam memperkokoh fondasi kebangsaan kita serta merawat persatuan dan kesatuan nasional," demikian kata Monica.
Setahun lalu dalam acara serupa, Presiden tampak tenang, sedih dan terharu. Ekspresi sedih terlihat antara lain saat beliau membahas resesi dan krisis yang bertubi-tubi menerpa Indonesia setelah merdeka dan kelemahan Indonesia dari sisi kemandirian industri obat, vaksin serta alat-alat kesehatan.
Ekspresi Presiden berubah menjadi terharu dibarengi suara bergetar saat beliau mengapresiasi anak bangsa yang menang di ajang Olimpiade dan para pahlawan yang membantu warga dengan beragam aplikasi.