Selasa 16 Aug 2022 20:14 WIB

Pesawat Inggris Jatuh di Bekasi Jadi Pemicu Pecahnya Perang Karawang-Bekasi

Dua puluh enam penumpang pesawat Inggris dibunuh yang membuat Sekutu menjadikan Bekasi lautan api.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
Foto: network /Kurusetra
.

Merdeka atau mati. Perang Karawang-Bekasi tersaji karena Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari Sekutu. Foto: IST.
Merdeka atau mati. Perang Karawang-Bekasi tersaji karena Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari Sekutu. Foto: IST.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur.. Sajak karya Chairil Anwar di atas menggambarkan betapa hebatnya pertempuran yang dilakukan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan di front Karawang-Bekasi pada masa revolusi fisik (1945-1949). Saat itu para pejuang kemerdekaan Ibukota memilih front Krawang-Bekasi untuk bergerilya melawan NICA (Nederlands Indies Civil Affair Officier).

Sejak zaman pendudukan Jepang (1942-1945) hingga masa-masa kemerdekaan kondisi sosial ekonomi masyarakat Jakarta sangat buruk. Beras menjadi komoditi strategis di masa Jepang.

Saat itu beras dilarang diperdagangkan secara bebas, karena dibutuhkan untuk suplai makanan di medan perang. Akibat hilang dan berkurangnya suplai beras, rakyat harus berjalan kaki atau naik kereta api berjubel-jubel, untuk mencari beras ke daerah Tambun dan Bekasi.

Pada masa itu Jepang juga mengeluarkan uang semau-maunya. Hingga untuk mendapatkan lima liter beras orang harus membawa uang sebantal atau sebakul. Maklum, inflasi kala itu sudah kagak kehitung lagi. Pokoknya Jepang asal mencetak uang, hingga nilainya merosot tajam.

Ketika tentara sekutu mendarat di Tanjung Priok, 29 September 1945, tentara Belanda (NICA) ikut mendompleng. Agar dapat berkuasa kembali di bekas tanah jajahannya, mereka menduduki beberapa bagian wilayah Jakarta terutama gedung-gedung strategis. Maka terjadilah pertempuran di seluruh kota yang tidak seimbang antara pasukan bambu runcing dan golok dengan musuh yang menggunakan senjata mutakhir.

Pertempuran terjadi di sudut-sudut kota Jakarta dengan korban mencapai ribuan jiwa. Lapangan di samping masjid Kwitang, misalnya, kala itu dijadikan kuburan untuk memakamkan para pahlawan. Karena, membawa jenazah ke TPU Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat, tidak aman. Setelah kemerdekaan jenazah-jenazah itu dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.


Pada November 1945, pemerintah RI mengeluarkan pengumuman semua badan organisasi bersenjata agar beralih keluar kota karena Jakarta ditetapkan sebagai kota diplomasi. Kesatuan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang bersenjata, dipindahkan ke arah timur Jakarta, yakni ke Cakung, Bekasi, Tambun, Karawang, Lemah Abang, Cibarusa, Karawang dan Cikampek.

Daerah-daerah itu merupakan gudang beras yang harus dipertahankan agar tidak jatuh ke tangan musuh. Sementara, penduduk sipil banyak yang hijrah ke Yogyakarta, seperti dilakukan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohamad Hatta, para menteri dan pejabat tinggi negara. Mereka tidak sudi bekerja di kantor-kantor dan jawatan yang dikuasai Belanda.

Almarhum Dr Satrio, yang pernah menjadi dokter di medan perang, menceritakan jatuhnya pesawat Palang Merah Sekutu (Inggris) yang menjadi pemicu perang Kawarang – Bekasi. Para penumpangnya, sebanyak 26 orang, ditangkap oleh orang Bekasi, setelah satu malam dikerem lalu semuanya dibunuh. Mereka dikubur secara massal. Jatuhnya pesawat Palang Merah itu mengakibatkan Sekutu melakukan tindakan balas dendam dengan menjadikan Bekasi lautan api.

Pada 13 Desember 1945, Sekutu sekali lagi melancarkan serangan terhadap Bekasi. Front pertahanan para pejuang dihujani 200 peluru meriam. Infanteri dan kavaleri mereka menyerang Bekasi Barat dan Bekasi Timur.

Pada malam harinya, pihak pejuang melakukan serangan balasan dari jarak dekat oleh pasukan golok yang membawa granat tangan. Akibatnya, Sekutu mengundurkan diri dari Bekasi ke Jakarta. Kemudian diikuti pertempuran di jalan-jalan menuju Bekasi. Dalam pertempuran ini pasukan Haji Darip, seorang ulama Bekasi, banyak ambil bagian dalam mempertahankan Bekasi.

Tekad rakyat untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan mulai dikobarkan sejak berlangsungnya rapat raksasa Ikada pada 19 September 1945. Dua hari sebelum rapat (17 September) malam di Jakarta berkeliaran mobil-mobil, tank, panser, wagon, tentara Jepang, yang mengumumkan bahwa rapat Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) dilarang.


Pada malam keesokan harinya (18 September) Jepang yang sebulan sebelumnya telah menyerah kepada Sekutu, kembali mengeluarkan larangan. Larangan itu ternyata tidak dihiraukan, yang telah dipersiapkan dan diumumkan secara luas termasuk keluar kota Jakarta.

Kira-kira pukul 10.00 pagi pada 19 September 1945 berduyun-duyun dari semua jurusan rakyat berdatangan. Tidak kurang dari sejuta orang menghadiri rapat raksasa Ikada di tengah-tengah keberadaan tentara Jepang yang berjaga-jaga dengan bayonet terhunus. Padahal penduduk Jakarta ketika itu hanya sekitar 600 ribu jiwa. Banyak yang datang dari Bogor, Depok, Karawang, Bandung, dan ada juga dari Jawa Tengah.

H Mohammad Amir (85 tahun), Ketua Umuym Dewan Harian Angkatan 45, yang hadir pada peristiwa 63 tahun lalu itu, menuturkan, ”sampai sekarang ini saya belum pernah melihat demo sebanyak dan setertib Rapat Ikada.”

Tidak ada seorangpun yang merusak. Begitu Bung Karno dalam pidatonya yang amat singkat menyerukan agar mereka tenang dan kembali ke tempat masing-masing, rakyat pun mematuhinya.

Bagaimana pentingnya semangat 19 September 1945, almarhum Ali Sadikin pernah mengatakan, ”Tidak akan ada Bandung Lautan Api bila tidak ada proklamasi 17 Agustus 45 dan rapat raksasa Ikada. Juga tidak akan ada perang 5 hari di Semarang, bahkan tidak akan ada Hari Pahlawan 10 Nopember 1945 di Surabaya kalau tidak ada rapat besar Ikada 19 September 1945.”

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement