Selasa 16 Aug 2022 20:45 WIB

Teten Yakin Harga Minyak Makan Merah Lebih Murah dari Minyak Goreng Biasa

Saat ini isu minyak goreng sawit sedang sensitif lantaran persoalan harga yang tinggi

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki.
Foto: Dok Kemenkop UKM
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, meyakini harga dari minyak makan merah bakal bisa lebih murah dari minyak goreng sawit biasa. Diketahui, pemerintah tengah mendorong produksi minyak makan merah sebagai alternatif dari minyak goreng sawit yang dikonsumsi mayoritas masyarakat saat ini.

"Kita harapkan (harga) bisa di bawah minyak goreng, kita optimis bisa lebih murah karena ini terintegrasi antara kebun dan pabrik," kata Teten di Kompleks Parlemen Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Baca Juga

Diketahui, pemerintah akan membuat pilot project produksi minyak makan merah bekerja sama dengan pelaku usaha sawit. Direncanakan, pabrik produksi berkapasitas 10 ton per hari dengan lahan kebun sawit seluas 1.000 ha dan akan dikelola oleh koperasi petani.

Ia belum menjelaskan lebih detail soal di mana pabrik akan dibangun, namun Teten menuturkan, jika sudah beroperasi minyak makan merah akan fokus memenuhi kebutuhan konsumen di sekitar pabrik. "Kita akan piloting dulu, nanti kalau sudah bagus kita perluas karena 35 persen CPO diproduksi oleh petani mandiri," ujarnya.

Lebih jauh, Teten menilai adanya diversifikasi produk akan membantu jaminan penyerapan terhadap produksi tandan buah segar sawit milik petani. Apalagi, produksi minyak makan merah akan lebih melibatkan koperasi petani sehingga petani memiliki nilai tambah.

Diketahui, rata-rata harga minyak goreng curah saat ini terus mengalami penurunan bahkan menyentuh Rp 14 ribu per liter sesuai target pemerintah. Namun, khusus untuk minyak goreng kemasan premium rata-rata masih dihargai lebih dari Rp 20 ribu per liter.

Wacana untuk memproduksi minyak makan merah mencuat setelah kisruh harga minyak goreng sawit yang tak kunjung turun dan disertai kelangkaan. Adapun baik minyak makan merah maupun minyak goreng biasa sama-sama berbahan baku sawit hanya saja terdapat perbedaan dalam proses pengolahannya.

Deputi Kemenko Perekonomian, Musdalifah Machmud, mengatakan, Malaysia sebagai salah satu produsen sawit dunia telah lebih dulu mengembangkan produk minyak makan merah dan menjadi salah satu andalan produknya.

"Padahal, kita juga sudah mengerti teknologinya. Harapan saya minyak makan merah ini jadi salah satu preferensi untuk konsumsi minyak goreng," katanya beberapa waktu lalu.

Pemerintah bersama para pemangku kepentingan di sektor perkelapasawitan  perlu memulai untuk mengedukasi masyarakat soal kelebihan minyak makan merah dari sisi kesehatan.

Apalagi, saat ini isu minyak goreng sawit sedang sensitif lantaran persoalan harga yang tinggi dan kelangkaan yang sempat terjadi. "Sekarang kita dorong pekebun rakyat tidak hanya mengurus kebun tapi bisa membentuk koperasi dan mampu melakukan hilirisasi dengan teknologi yang efisien," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement