Rabu 17 Aug 2022 13:40 WIB

Kapal Kargo Pertama Ukraina Tiba di Suriah 

Razoni memuat 26.000 ton jagung, dan meninggalkan pelabuhan Odesa pada 1 Agustus.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Kapal kargo Razoni melintasi Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, Rabu, 3 Agustus 2022. Kapal kargo pertama yang meninggalkan Ukraina sejak invasi Rusia berlabuh di area inspeksi di Laut Hitam di lepas pantai Istanbul Rabu pagi, menunggu inspeksi, sebelum pindah ke Lebanon.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Kapal kargo Razoni melintasi Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, Rabu, 3 Agustus 2022. Kapal kargo pertama yang meninggalkan Ukraina sejak invasi Rusia berlabuh di area inspeksi di Laut Hitam di lepas pantai Istanbul Rabu pagi, menunggu inspeksi, sebelum pindah ke Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kapal kargo biji-bijian pertama  yang berlayar dari Ukraina telah tiba di Suriah. Gambar satelit yang dianalisis oleh The Associated Press (AP) pada Selasa (16/8/2022)  menunjukkan, kedatangan kapal kargo Razoni di Suriah. 

Kedatangan Kapal Razoni di Pelabuhan Tartus, Suriah menunjukkan betapa rumitnya perdagangan dan pengiriman internasional.  Gambar dari Planet Labs PBC yang dianalisis oleh AP menunjukkan, Kapal Razoni yang berbendera Sierra Leone tiba di pelabuhan Suriah sebelum pukul 11.00 waktu setempat pada Senin (15/8/2022).  Kapal itu berada di sebelah silo biji-bijian pelabuhan.

Baca Juga

Menurut situs web pelacakan kapal MarineTraffic.com, data dari pelacak Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) Razoni telah dimatikan sejak Jumat (12/8/2022), ketika berada di lepas pantai Siprus. Kapal seharusnya tetap mengaktifkan pelacak AIS, tetapi kapal tersebut menyembunyikan pergerakannya dan sering mematikan sistem pelacakan. Diketahui, kapal-kapal yang menuju pelabuhan Suriah secara rutin mematikan sistem pelacakan.

Kapal Razoni dapat diidentifikasi dalam citra satelit dengan warna, panjang dan lebarnya, serta empat bangau putih besar yang terletak di deknya. Salah satu pendiri situs pengiriman minyak TankerTrackers.com, Samir Madani, dan para ahli mengikuti pergerakan kapal tersebut melalui citra satelit. Mereka juga mengidentifikasi kapal dari foto satelit.

Razoni memuat 26.000 ton jagung, dan meninggalkan pelabuhan Odesa pada 1 Agustus. Razoni adalah kapal kargo pertama yang meninggalkan pelabuhan Ukraina sejak invasi Rusia. Pengiriman ini sebagai bagian dari kesepakatan antara Rusia dan Ukraina yang ditengahi oleh Turki dan PBB. Mereka mendirikan pusat koordinasibdi Istanbul untuk mengawasi dan memastikan kapal-kapal kargo tersebut melakukan perjalanan dengan aman melalui Laut Hitam.

Awalnya Kapal Razoni membawa pasokan biji-bijian ke Lebanon. Namun pembeli di Lebanon menolak kapal tersebut dengan alasan keterlambatan pengiriman sehingga dikhawatirkan biji-bijian tersebut berada dalam kondisi yang tidak baik. Kapal tersebut kemudian berlayar kembali dan berlabuh di Mersin, Turki sebelum menuju ke Suriah. Pusat Koordinasi Gabungan tidak lagi memantau Razoni, setelah kapal itu selesai melakukan pemeriksaan di Istanbul.

“Kapal-kapal yang dibersihkan kemudian melanjutkan ke tujuan akhir mereka, apa pun itu,” kata Pusat Koordinasi Gabungan.

Seorang pejabat yang dihubungi melalui telepon di pelabuhan Tartus pada Selasa menolak berkomentar. Misi Suriah untuk PBB juga tidak menanggapi permintaan komentar. Tartus terletak sekitar 320 kilometer barat laut Ibu Kota Suriah, Damaskus.

Suriah mendapatkan sanksi Barat atas pembunuhan dan penganiayaan terhadap warga sipil selama perang saudara. Meski mendapatkan sanksi, Barat tetap mengizinkan pengiriman pasokan makanan ke Suriah.  

Suriah telah mengakui wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur yang memisahkan diri dan didukung Rusia sebagai entitas berdaulat. Langkah ini menyebabkan Kiev memutuskan hubungan diplomatik dengan Damaskus.

Pada Mei, gambar satelit menunjukkan Kapal Matros Pozynich yang berbendera Rusia berada di dermaga di Latakia, Suriah. Ukraina mengatakan kapal itu memuat 27 ribu ton biji-bijian yang dicuri Rusia. 

 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement