REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Website perusahaan tenaga nuklir negara Ukraina, Energoatom, telah diretas oleh Rusia. Energoatom mengklaim, peretas yang berbasis di Rusia meluncurkan serangan besar selama tiga jam di situs webnya, tetapi tidak menyebabkan masalah yang signifikan.
"Grup Rusia 'Tentara Cyber Rakyat' melakukan serangan dunia maya menggunakan 7,25 juta pengguna bot, yang mensimulasikan ratusan juta tampilan halaman utama perusahaan. (Ini) tidak secara signifikan mempengaruhi operasi situs web Energoatom,” kata Energoatom, dilansir Aljazirah, Rabu (17/8/2022).
Saluran Telegram yang disebut "cyber army populer" sekitar tengah hari meminta para pengikutnya untuk menyerang situs web operator nuklir Ukraina. Tetapi pada Selasa (16/8/2022) malam, mereka telah mengumumkan "perubahan" dan mengarahkan pendukung ke target baru yaitu Institut Peringatan Nasional Ukraina.
Serangan siber itu terjadi saat ketegangan berkobar di pembangkit listrik tenaga nuklir, Zaporizhzhia yang telah diduduki pasukan Rusia pada Maret lalu. Rusia dan Ukraina saling tuding terkait serangan yang terjadi di pembangkit terbesar di Eropa itu. Serangan tersebut memicu kekhawatiran kecelakaan nuklir.
Ukraina mengandalkan empat pembangkit listrik tenaga nuklir untuk memasok sekitar setengah dari total pasokan listriknya, sebelum invasi Rusia pada 24 Februari. Tiga reaktor pembangkit listrik lainnya ditutup secara berturut-turut, dan pemutusan reaktor terakhir terjadi pada tahun 2000.
Ukraina mengalami kecelakaan nuklir terburuk di dunia pada 1986, ketika reaktor nuklir Chernobyl meledak. Pada hari pertama invasi, pasukan Rusia merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, dan menduduki zona eksklusi radioaktif di sekitar kompleks pembangkit itu selama beberapa minggu.