REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang panas yang terjadi di China membuat sejumlah perusahaan terpaksa menutup pabrik. Di antara perusahaan itu adalah pembuat baterai kendaraan listrik terbesar di dunia Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) dan Intel.
Mereka menutup pabrik selama enam hari di Provinsi Sichuan karena kekurangan listrik. Langkah ini memengaruhi pabrik lain, seperti pemasok baterai Tesla CATL, pemasok Apple Foxconn Technology, Toyota, Texas Instruments, Volkswagen, Onsemi, dan banyak lagi.
Pemerintah memerintahkan semua pabrik Sichuan menghentikan operasi hingga 20 Agustus guna mengurangi tekanan yang diberikan pada jaringan listrik setelah gelombang panas terburuk China dalam 60 tahun mengakibatkan peningkatan penggunaan AC. Suhu melonjak hingga 104 derajat fahrenheit di beberapa kota atau setara 40 derajat celsius.
Pihak berwenang mencoba menghemat listrik untuk tempat tinggal di wilayah tersebut. Para pejabat memperingatkan, Sichuan menghadapi momen paling parah dan ekstrem dalam pasokan listrik. Itu mungkin karena wilayah tersebut bergantung pada tenaga air yang membuatnya sangat rentan terhadap gelombang panas dan kekeringan yang juga mengeringkan waduk bendungan air.
Dilansir The Verge, Kamis (18/8/2022), Sichuan merupakan area penting bagi industri semikonduktor dan panel surya. Produsen berduyun-duyun ke wilayah yang kaya sumber daya mineral untuk bahan baku yang digunakan dalam industri fotovoltaik surya dan elektronik, seperti polisilikon, bahan utama panel surya. Selain itu, Sichuan merupakan pusat penambangan penting untuk lithium yang digunakan untuk memproduksi baterai mobil listrik dan ponsel pintar.
Beberapa analis percaya, penutupan sementara dapat meningkatkan harga polisilikon dan lithium karena pasokan turun. Pada 17 Agustus, hanya dua hari setelah penutupan, pejabat industri mengonfirmasi harga polisilikon memang naik.