Kamis 18 Aug 2022 09:38 WIB

Tahapan Penelitian Eduwisata GLOW Kebun Raya Bogor Dilanjutkan

Luasan area GLOW di dalam KRB hanya 3 persen dari total luasan KRB seluas 87 Hektare.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Juicy Luicy menghibur penonton festival musik Swaraya di Kebun Raya Bogor (Ilustrasi)
Foto: Dok Swaraya
Juicy Luicy menghibur penonton festival musik Swaraya di Kebun Raya Bogor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mengacu kepada surat dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nomor B-2406/III.5/DI.03.01/7/2022 tentang Informasi Hasil Kajian Analisa ALAN (Artificial Light at Night) dengan cahaya buatan pada program GLOW Kebun Raya Bogor (KRB) sudah dilakukan selama enam bulan atau fase T0 dan T1. Maka, tahapan riset selanjutnya adalah fase T2 agar hasil penelitian lebih komprehensif diperlukan elemen manusia yang hadir didalamnya.

GM Coorporate Communication dan Security PT Mitra Natura Raya (MNR) Zaenal Arifin, menjelaskan, pada tahapan riset T2 ini KRB mengundang pengunjung secara terbatas untuk melengkapi hasil kajian secara komprehensif. Dia pun tidak membenarkan jika ada penjualan tiket pada tahap ini.

“Jadi tidak benar adanya penjualan tiket pada tahap ini. Beredar info dijualnya tiket setelah kami konfirmasi ternyata itu bukan tiket tetapi struk pembayaran stall makanan di kebun raya dan gelang tanda registrasi,” ujar Zae, Kamis (18/8).

Zae mengatakan, GLOW berlanjut sebagai bagian dari lanjutan riset dengan mengundang pengunjung secara terbatas dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak sampai dewasa, keluarga, anak didik dan dari kalangan akademisi sampai individu dari berbagai profesi. Jumlahnya pun dibatasi maksimal 500 orang setiap malamnya.

Oleh sebab itu, aktivitas KRB malam dilakukan setiap Jumat, Sabtu dan Ahad untuk kebutuhan riset. Zae menyebutkan, durasinya pun hanya tiga jam mulai pukul 19.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB. Serta luasan area GLOW di dalam KRB hanya 3 persen dari total luasan Kebun Raya Bogor seluas 87 Hektare.

“Selama riset fase T2 berlangsung tidak ada tiket yang harus dibayar oleh pengunjung, sebab ini merupakan bagian dari program CSR PT MNR sebagai mitra kebun raya untuk masyarakat umum dan warga Bogor khususnya. Silahkan warga Bogor yang ingin mengetahui program pendidikan KRB di malam hari dapat hadir langsung pada hari Jumat sampai Minggu,” tuturnya.

Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan BRIN Andes Hamuraby Rozak, menyampaikan adapun hasil riset T0 dan T1, tidak ada dampak yang merusak tumbuhan di KRB. Namun demikian tahapan T2 dengan menghadirkan elemen manusia di dalamnya perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil riset yang lebih komprehensif dari peneliti BRIN.

Di samping itu, lanjut Andes, BRIN telah menyampaikan langsung hasil riset tahapan T0 dan T1 kepada Walikota Bogor. Bahwa sampai dengan riset tahapan T1 hasilnya tidak ada dampak pengaruh yang signifikan terhadap pohon-pohon yang disinari oleh cahaya buatan.

“Munculnya polemik dari sekelompok orang yang mengatasnamakan budayawan sangat tidak beralasan, beredarnya narasi miring dari kelompok Aliansi Budayawan mengatakan GLOW adalah tempat dugem, mengundang kemaksiatan, beredarnya minuman alkohol, tentu itu tidak benar,” tegasnya.

Andes menegaskan, GLOW merupakan wisata edukasi pengetahuan hayati. Sejarah KRB dibalut dengan teknologi yang mengandung pesan kuat menjaga konservasi tumbuhan, sejarah serta budaya Sunda yang dipadukan dengan komunikasi digital visual agar diminati oleh generasi muda sekarang tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur kearifan lokal budaya tatar Sunda.

Narasi GLOW tidak lepas dari lima pilar Kebun Raya, yaitu konservasi, edukasi, wisata alam, jasa lingkungan, dan penelitian yang sesuai dengan tugas dan fungsi kebun raya itu sendiri. 

“Bahkan di dalamnya muncul simbol-simbol kearifan lokal yang sangat kuat seperti alunan kacapi suling, visual senjata kujang maung bodas, bahkan di Taman Astrid menampilkan asal muasal sejarah Kebun Raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi,” ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement