Kamis 18 Aug 2022 17:04 WIB

Interpreter dan Translator, Apa Bedanya?

Kefasihan berbahasa asing adalah modal utama menjadi interpreter dan translator

Red: Christiyaningsih
Kefasihan berbahasa asing adalah modal utama menjadi interpreter dan translator.
Foto: Istimewa
Kefasihan berbahasa asing adalah modal utama menjadi interpreter dan translator.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam berkomunikasi dengan audiens di berbagai negara dengan berbagai macam bahasa, peran translator atau interpreter sangat dibutuhkan. Translator dan interpreter sebenarnya memiliki pekerjaan yang sama yaitu menerjemahkan suatu bahasa. Namun ada perbedaan yang cukup kontras dari kedua profesi tersebut.

Apa berbedaan interpreter dan translator? Berikut ini pembahasan singkat tentang perbedaannya yang berhasil dirangkum dari beberapa sumber:

Baca Juga

1. Sumber daya yang digunakan

Sumber daya yang digunakan oleh translator antara lain adalah kamus, tesaurus untuk mencari sinonim kata, ensiklopedia untuk memahami topik-topik tertentu, dan masih banyak lagi. Jika translator dapat memanfaatkan kamus dan berbagai macam sumber daya untuk menerjemahkan, beda halnya dengan interpreter.

Interpreter tidak menggunakan sumber daya seperti translator karena tidak perlu menerjemahkan secara rinci dan dilakukan secara real-time. Meskipun begitu, tingkat kesulitan profesi interpreter cukup tinggi.

Interpreter biasanya dibutuhkan sebagai penghubung bagi dua pihak dengan bahasa ibu yang berbeda. Salah satu contohnya, digunakan saat pertemuan antar-negara di forum PBB.

2. Gaya penerjemahan

Pada proses penerjemahan, terdapat faktor-faktor yang memengaruhi hasil terjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Antara lain tata bahasa dan kebudayaan dari kedua bahasa, diksi yang dipilih, dan juga kesepadanan kata. 

Seorang translator tidak dapat menerjemahkan satu kata secara harfiah saja, tetapi harus melihat konteksnya juga. Sedangkan interpreter bertugas menerjemahkan dan menyampaikan inti dari sebuah pesan tanpa perlu terperinci hingga tata bahasanya.

3. Tugas dan tanggung jawab

Apakah kamu pernah membaca buku yang ditulis oleh J.K. Rowling tapi dalam bahasa Indonesia? Jika iya, maka buku tersebut adalah hasil terjemahan dari seorang translator. Tugas seorang translator adalah menerjemahkan satu bahasa ke bahasa lain secara tertulis. 

Berbeda dengan translator, seorang interpreter diwajibkan untuk langsung menerjemahkan secara verbal di tempat, tanpa bantuan alat seperti kamus atau apa pun. Pekerjaan ini harus dilakukan secara real-time.

4. Tingkat kerumitan

Penting bagi translator untuk benar-benar memahami konteks yang dibicarakan dalam sebuah teks dan berusaha mencari terjemahan yang sepadan. Hal ini cukup rumit, apalagi jika harus menerjemahkan teks sastra. 

Sebagai contoh, terdapat pepatah dalam bahasa Inggris yang berbunyi the grass is always greener on the other side of the fence. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kalimat itu tidak menjadi 'rumput selalu lebih hijau di sisi lain pagar'.

Terjemahan yang sepadan adalah pepatah yang berbunyi 'rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri”.  Namun, untuk hal yang satu ini tidak terlalu berbeda dengan interpreter. 

Walaupun menerjemahkan secara real-time, penguasaan topik juga jadi salah satu aspek paling penting yang harus dimiliki seorang interpreter. Katakanlah ada seseorang yang dipekerjakan untuk menjadi interpreter di sebuah rapat bisnis. Ketika menerjemahkan, ia harus benar-benar menguasai jargon atau terminologi dalam bisnis. Hal ini berlaku untuk bidang lainnya juga.

Ketua Program Studi (Prodi) Bahasa Inggris (D3) dan Sastra Inggris (S1) Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) Agus Priadi mengatakan, translator memiliki tugas untuk menerjemahkan buku karya sastra, dokumen bisnis, film, materi akademik, dan lainnya.

“Translator tak hanya sekadar mengartikan bahasa Inggris tapi juga harus menyelaraskan arti agar pesan yang sesungguhnya dapat tersampaikan dengan baik,” tutur Agus, Selasa (9/8/2022).

Menurutnya interpreter dapat menerjemahkan secara simultan maupun konsekutif. Biasanya interpreter dibutuhkan dalam rapat internasional.

“Interpreter harus berfokus pada makna dari pilihan kata yang digunakan. Selain itu, seorang interpreter juga harus mencari tahu tentang tema pembicaraan dan profil peserta sebelum melaksanakan tugasnya,” ujarnya.

Ia menyebut profesi interpreter dan translator bisa diraih dengan mudah melalui studi lanjut atau berkuliah dengan memilih jurusan Bahasa Inggris atau Sastra Inggris. “Universitas BSI memasuki gelombang ke-6 penerimaan mahasiswa baru (PMB) yang terhitung sejak 4 Agustus sampai dengan 1 September 2022 mendatang,” kata Agus.

Ia menjelaskan cukup melakukan pendaftaran dengan mengunduh aplikasi PMB-UBSI di Play Store secara gratis atau melalui website https://bsi.pmbonline.id/. Prodi ini tersebar di beberapa lokasi kampus seperti Universitas BSI kampus Kramat 98, Universitas BSI kampus Salemba 22, Universitas BSI kampus Margonda, Universitas BSI kampus Ciledug, Universitas BSI kampus Jatiwaringin, Universitas BSI kampus Cengkareng, dan Universitas BSI kampus Fatmawati.

“Tak hanya itu, Universitas BSI juga meringankan calon mahasiswanya dalam pembayaran kuliah yang dapat dicicil sebesar Rp 600 ribuan saja per bulannya melalui aplikasi Danacita,” terang Agus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement