REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dijalankan, Pertamina memberdayakan kelompok pengrajin batik, khususnya yang berasal dari Dusun Jatisawit, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan program usaha batik, Pertamina mengangkat tema nilai budaya khas DIY.
Area Manager Communication, Relations, & CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, mengungkapkan program tersebut merupakan wujud kepedulian terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasi, salah satunya yaitu Fuel Terminal Rewulu. “Program ini kami mulai sejak tahun 2018 dengan membina Kelompok Batik Sekar Jatimas yang beranggotakan 20 orang ibu rumah tangga dengan menjalankan sejumlah kegiatan di antaranya pelatihan, pendampingan, serta beberapa bantuan fasilitas produksi,” katanya.
Sebelumnya, kata Brasto, kelompok masyarakat tersebut hanyalah ibu-ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan tidak memiliki penghasilan. “Dengan adanya program ini tentu dapat menciptakan nilai ekonomi baru bagi masing-masing rumah tangga untuk menambah penghasilan keluarga,” tambahnya.
Selain menjadi tambahan penghasilan, menurut Brasto, melalui batik masyarakat juga dapat ikut berpartisipasi dalam pelestarian nilai budaya khas lokal. Dalam hal ini, nilai budaya DIY yang dituangkan ke dalam motif batik.
“Setidaknya ada enam motif batik yang telah diciptakan oleh masyarakat melalui program ini. Beberapa di antaranya motif Ronjati, Anggrek Bulan, dan Anggrek Tri Colour. Motif-motif tersebut juga telah kami dorong untuk didaftarkan hak paten agar dapat semakin dikenal oleh masyarakat luas,” ujarnya.
Brasto juga menuturkan Pertamina terus mendorong kelompok pengrajin untuk berinovasi dalam kegiatan produksi batik. Salah satunya dengan memanfaatkan pewarna batik alami yang ramah lingkungan. “Umumnya pewarna batik menggunakan cairan berbahan kimia. Namun kelompok yang kami bina cenderung memanfaatkan tanaman dan tumbuhan di sekitar yang diolah menjadi bahan pewarna alami, sehingga lebih ramah lingkungan dan lebih hemat,” jelasnya.
Salah satu anggota Kelompok Batik Sekar Jatimas, Lilis, bercerita kelompoknya mampu memperoleh keuntungan dari usaha batik yang dijalani setidaknya Rp 8 juta per bulan pendapatan kelompok atau Rp 550 ribu per bulan pendapatan anggota. “Melalui usaha ini kami dapat menambah pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucap Lilis.
Dirinya menyampaikan terima kasih kepada Pertamina atas bantuan dan pendampingan yang telah diberikan sejak 2018. “Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Pertamina yang telah membantu kami mengembangkan usaha batik ini. Kami juga senang karena melalui batik yang kami buat dapat memperluas nilai-nilai dan identitas budaya daerah kami,” imbuhnya.
Bersama Masyarakat, Wujudkan Komitmen ESG dan Kontribusi Terhadap SDGs
Brasto menjelaskan program CSR yang dijalankan bersama masyarakat ini merupakan wujud dari penerapan komitmen ESG (Environment, Social, Governance) yang dijalankan Pertamina.
“Selain itu program ini juga ikut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya pada poin 1 (Tanpa Kemiskinan), poin 4 (Pendidikan Berkualitas), poin 5 (Kesetaraan Gender), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim),” ungkapnya.