Wagub Beberkan Mengapa Angka Stunting di Jateng Masih Tinggi

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin

Wagub Beberkan Mengapa Angka Stunting di Jateng Masih Tinggi (ilustrasi).
Wagub Beberkan Mengapa Angka Stunting di Jateng Masih Tinggi (ilustrasi). | Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin mengungkap alasan mengapa angka stunting atau gagal tumbuh kembang pada bakita di daerahnya masih cukup tinggi.

Di lain pihak, upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dalam menangani dan mencegah stunting sebenarnya telah menunjukkan hasil dan progres yang bagus di sejumlah daerah.

"Angka stunting di Jawa Tengah sebenarnya sudah menunjukkan penurunan yang cukup tajam," ungkapnya saat memimpin Rapat Percepatan Penurunan Stunting, Kamis (11/8/2022).

Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, terungkap angka prevalensi stunting di Jawa Tengah, pada 2020 mencapai sebesar 27,7 persen dan saat ini sudah berada di angka 20,9 persen.

Tetapi apabila persentase itu dikalikan dengan jumlah ibu melahirkan di Jawa Tengah yang rata- rata mencapai 551.000 setiap tahun, maka angka stunting di Jawa Tengah ini masih cukup tinggi. 

Maka, Pemprov Jawa Tengah masih harus bekerja lebih keras lagi dalam  menurunkan angka stunting di beberapa wilayah. Terutama di tiga kabupaten yang hingga saat ini mendapat pendampingan. 

"Ketiga kabupaten itu adalah Kabupaten Brebes dengan prevalensi stunting tahun 2021 sebesar 26,3 persen. Berikutnya adalah Kabupaten Tegal (28 persen) dan Banjarnegara (23,3 persen)," katanya.

Lebih lanjut, Taj Yasin juga menyampaikan, dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting di Jawa Tengah kini juga dilakukan secara keroyokan dengan melibatkan berbagai OPD terkait.

Sehingga penanganan stunting yang awalnya masih dilakukan Dinkes dan belum terintegrasi dengan beberapa dinas yang terkait --saat ini-- sudah dintegrasikan.

Misalnya seperti DP3AP2KB yang melakukan dukungan melalui safari KB, menurunkan unmetneed KB (kebutuhan KB yang belum terpenuhi) serta menurunkan total fertility rate (TFR).

Kemudian Dispermasdukcapil membantu menggerakkan akseptor KB melalui kegiatan non fisik dalam kegiatan TMMD. "Juga Disperakim membantu terwujudnya Rumah Sederhana Layak Huni (RSLH) dan lainnya," tegas wagub.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Pemprov Kalteng Dorong PUSPA Tingkatkan Partisipasi Tangani Stunting

Kasus Balita Kekerdilan di Jatim Turun Selama Tiga Tahun Terakhir

Ganjar Pranowo Lepas Tim Turing Sehati pada Peringatan Harganas 2022

Ganjar Pranowo Siapkan Strategi Cegah Stunting

Kota Mojokerto Daerah Stunting Terendah di Jatim

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark