Jumat 19 Aug 2022 06:31 WIB

Bagaimana Mengenali Anak Terkena Kanker? Ini Kata Dokter

Kanker pada anak agak sulit dibedakan dengan masalah kesehatan anak pada umumnya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Anak pengidap kanker tampil pada Peringatan Hari Kanker Anak Internasional di Plaza Balai Kota, Kota Bandung, Ahad (16/2/2020). Kenali gejala kanker pada anak.
Foto: Abdan Syakura
Anak pengidap kanker tampil pada Peringatan Hari Kanker Anak Internasional di Plaza Balai Kota, Kota Bandung, Ahad (16/2/2020). Kenali gejala kanker pada anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker pada anak tidak memiliki gejala yang spesifik dan dapat bervariasi sesuai dengan jenis kanker yang diidap. Itu membuatnya agak sulit dibedakan dengan masalah kesehatan anak pada umumnya.

Karena itu, orang tua harus selalu memantau kondisi kesehatan anak. Menurut dokter spesialis anak Tito Gunantara, orang tua semestinya waspada jika ada pembengkakan di mana saja pada bagian tubuh anak, ada perdarahan spontan di kulit, gusi, atau hidung, anak terlihat pucat dan tampak lemas, serta mengeluh nyeri di bagian tubuh tertentu.

Baca Juga

Selain itu, perlu waspada pula jika anak tiba-tiba berjalan pincang dan tampak lesu.Hal lain yang perlu menjadi perhatian yakni demam tanpa sebab dan infeksi yang tak kunjung sembuh, sakit kepala disertai muntah, gangguan penglihatan, juga penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.

"Bila menemukan gejala atau tanda-tanda tersebut, sebagai langkah awal segera bawa anak ke dokter untuk diperiksa," ujar Tito pada webinar "Kupas Tuntas Permasalahan Bayi dan Anak" yang digelar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, dikutip Jumat (19/8/2022). 

Kepala instalasi pelayanan kanker terpadu di RSUD Al-Ihsan Bandung itu mengatakan, perlu segera dipastikan apakah gejala yang ditunjukkan anak disebabkan kanker atau bukan. Biasanya, dokter akan meminta orang tua agar anak menjalani pemeriksaan penunjang untuk keperluan diagnosis.

Pemeriksaan penunjang bisa berupa pemeriksaan darah, pemeriksaan urine, pemeriksaan sumsum tulang, pemeriksaan rontgen paru, atau pemeriksaan cairan otak. Bisa juga dengan cara pengambilan jaringan tubuh atau biopsi, serta pencitraan radiologi, seperti CT Scan atau MRI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement