REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Bus Inovatif, Solusi Transportasi Perkotaan Terintegrasi dan Andal (Biskita) Trans Pakuan menunjukkan perkembangan yang signifikan selama sembilan bulan beroperasi. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengapresiasi usaha Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang berhasil mengoperasikan Biskita Trans Pakuan hingga kini muat penumpang (load factor) mencapai hampir 100 persen.
“Seperti saya sampaikan sebelumnya, komitmen kota Bogor luar biasa. Mereka memitigasi risiko sosial yang ada, selain itu juga mengkondisikan lalu lintas pada jalur-jalur yang digunakan BISKITA Trans Pakuan agar mobilitas berjalan lancar” kata Direktur Angkutan BPTJ Tatan Rustandi kepada saat dikonfirmasi di Kota Bogor, Jumat (19/8/2022).
BisKita Trans Pakuan yang menggantikan 30 angkutan kota (angkot) mulai dari diluncurkan pada 2 November 2021 dengan jumlah 10 bus. Kala itu, BisKita merangkak hingga mencapai muat penumpang sebanyak 69.236 orang atau 57 persen.
Faktor muat penumpang atau load factor dalam hal ini adalah perbandingan antara kapasitas terisi dengan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang dinyatakan dalam persen. Selanjutnya, Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, resmi mengoperasikan lengkap sebanyak 49 bus Biskita Trans Pakuan yang menggantikan 147 angkutan kota (angkot) sesuai target pada akhir tahun 2021.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menandai kelengkapan jumlah operasional bus program buy the service (BTS) dari BPTJ Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebanyak 49 bus itu dengan meresmikan dua koridor baru Biskita Trans Pakuan rute Terminal Bubulak - Cidangiang di sekitar Botani Square dan Terminal Bubulak-Ciawi. Pada Juni 2022, kata Tatan, muat penumpang telah mencapai 448.595 orang atau 90,56 persen.
Kemudian, Juli 2022, jumlah penumpang Biskita Trans Pakuan mencapai 360.342 orang dengan muat penumpang mencapai 90,80 persen. Dengan angka mendekati 100 persen, kata Tatan, bisa dikatakan masyarakat kota Bogor sangat meminati layanan Biskita Trans Pakuan.
Tatan pun menjelaskan konsep Bus Rapid Transit (BRT) pada layanan angkutan umum ini dihadirkan dengan standar pelayanan dan keamanan jauh lebih baik dibandingkan angkutan konvensional. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan pengguna, bus ini dilengkapi dengan internet of things (IOT). Teknologi mutakhir ini tak hanya menyediakan kamera pengawas dan pelacakan GPS, statistik jumlah penumpang dan load factor pun terekam dengan baik. Pelacakan GPS membuat pencarian lokasi bus termonitor dengan baik.
BISKITA, lanjutnya, merupakan layanan bus BRT dengan mekanisme subsidi BTS (Buy the Service) oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah BPTJ Kementerian Perhubungan. Di wilayah Bodetabek, Kota Bogor terpilih sebagai pilot project implementasi kebijakan BTS.
Berbeda dengan mekanisme subsidi konvensional, subsidi pada mekanisme BTS bersifat membeli keseluruhan pelayanan yang dilakukan oleh operator yang menyelenggarakan layanan berdasar standar pelayanan yang telah ditetapkan Pemerintah. Operator penyelenggara layanan itu sendiri terpilih melalui proses lelang berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku.