Jumat 19 Aug 2022 11:09 WIB

Terjebak Administrasi, Koperasi tidak Tumbuh?

Koperasi bukan hanya sekadar muatan kurikulum tapi menjadi sebuah gerakan kolektif

Podcast Disko, Diskusi Seputar Koperasi, episode kedua kali ini mengambil tema Aksi Nyata Generasi Muda Berkoperasi.
Foto: Kemenko PMK
Podcast Disko, Diskusi Seputar Koperasi, episode kedua kali ini mengambil tema Aksi Nyata Generasi Muda Berkoperasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Podcast Disko, Diskusi Seputar Koperasi, episode kedua kali ini mengambil tema Aksi Nyata Generasi Muda Berkoperasi. Podcast kali ini menghadirkan Dharma Setyawan founder Pasar Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi) Kota Metro Lampung dan Anang Saptoto, founder Panen Apa Hari Ini (Pari) Yogyakarta.

Podcast Disko merupakan kerja sama Kemenko PMK dengan Kemenko Perekonomian, Kemenkop UMK, dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk menjadi bangsa yang mandiri dan berdaulat khususnya dalam konteks ekonomi maka dipilihlah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan Pancasila sebagaimana tertera dalam pasal 33 undang-undang Dasar 1945.

Baca Juga

“Koperasi harus menjadi soko guru ekonomi nasional, koperasi harus berubah dan bergerak menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Untuk itu dibutuhkan gerakan revolusi mental berkoperasi,” ujar Muhadjir.

Dalam podcast yang dipandu Tri Ombun Sitorus ini, Dharma Setyawan dan Anang Saptoto sepakat dalam komunitas usaha mereka, keduanya menyingkirkan dulu beban administrasi seperti membentuk badan usaha. Hal yang lebih utama adalah pola pendidikan transformatif ke seluruh anggota yang akhirnya sadar bahwa mereka menjalani pola-pola berkoperasi.

“Pola-pola top down itu makin lama makin hancur. Mau mendirikan koperasi misal harus minimal 20 orang dan sebagainya belum lagi proses yang berbelit. Menurut saya, koperasi itu harus muncul dari bawah, ya mirip di Payungi bahwa konsepnya gotong royong, solidaritas, dan milik banyak orang. Setelah itu tumbuh dengan pola pendidikan transformatif,” tutur Dharma.

Dharma menambahkan koperasi berasal dari kata cooperation yang berarti kerja sama. “Secara konsepsi kita sudah berkoperasi. Ada gotong royong, solidaritas, dan dimiliki banyak orang. Namun apakah badan hukum tidak penting, tentu penting tapi kenyataan-kenyataan organik di lapangan itu lebih penting daripada kita bicara ritual-ritual yang selama ini kita jalani,” imbuhnya.

“Yang utama, semakin banyak orang sadar bahwa dengan gotong royong itu bisa maju bersama-sama dan menjadi mandiri. Koperasi harus menjadi sebuah gerakan bukan hanya sekadar muatan kurikulum tapi menjadi sebuah gerakan yang kolektif. Nah kalau di Payungi sudah berjalan hal ini dan tujuan tentunya adalah bagaimana para penggeraknya menjadi setara. Kalau tidak setara maka gerakan ini akan limbung karena menyalahi konsepsi koperasi,” kata Dharma.

Anang Saptoto pun menyepakati Dharma. “Pari mulai inisiasi sejak awal pandemi, yakni mendistribusikan hasil pertanian masyarakat kota dan mempublikasikan menjadi pengetahuan yang dikemas secara menarik. Walau praktiknya tidak berwujud resmi koperasi, tapi dalam kenyataannya, prinsip-prinsipnya, aturan-aturan, dan kesepakatan dilakukan bersama. Tujuannya sama. Kalau di pertanian ingin kedaulatan pangan, maka sebenarnya yang kita lakukan sama dengan tujuan koperasi, kedaulatan ekonomi,” urai Anang

Menurut Anang, di Payungi terdapat proses pola pendidikan transformatif. “Dalam konteks pertanian masyarakat kota di Yogyakarta, akhirnya kita biasa piknik ke kelompok tani kampung lain. Di situ, muaranya adalah adanya ide kreatif tidak hanya dalam pertanian tapi juga dalam berkesenian sehingga Pari ini semacam laboratorium kehidupan bagi anggota. Kelompok tani banyak yang bubar karena bosan, makanya perlu ide kreatif,” tuturnya.

Podcast Ayo Berkoperasi juga mendapat dukungan dari Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM Ahmad Zabadi. Menurutnya selama ini koperasi identik dengan kalangan tua dan simpan pinjam. Sudah saatnya koperasi ditangani anak muda dengan revolusi mental koperasi.

“Saya mendukung bincang-bincang koperasi melaui Podcast Ayo Berkoperasi ini karena menyasar kalangan anak muda milenial. Sudah saatnya anak muda terlibat aksi nyata gerakan menggelorakan ayo berkoperasi untuk kemandirian dan kedaulatan bangsa,” ujar Zabadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement