REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petugas pengamanan dan penegakan hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menangkap sindikat perdagangan burung ilegal yang berbasis di Sidoarjo, Jawa Timur. Sindikat ini memperjualbelikan empat ribu lebih burung, termasuk yang berstatus dilindungi.
Kepala Balai Gakkum Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra) Taqiuddin mengatakan, pengungkapan ini berawal dari informasi dari masyarakat bahwa ada perdagangan satwa liar secara ilegal di Sidoarjo. Tim lantas menyelidiki, lalu menggerebek rumah pelaku berinisial AFI di Desa Ganting, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo pada Senin (15/8/2022).
"Tim operasi berhasil mengamankan 4.228 ekor satwa burung berbagai jenis dilindungi dan tidak dilindungi dalam kondisi hidup dan mati di rumah Saudara AFI," kata Taqiuddin dalam siaran persnya, Jumat (19/8/2022).
Burung yang berstatus dilindungi adalah Cica Daun Besar (Chloropsis sonnerati) 596 ekor, Tiong Emas (Gracula religiosa) 125 ekor, Gelatik Jawa (Lonchura oryzivora) 110 ekor, Serindit Melayu (Loriculus galgulus) 45 ekor, Tangkar Ongklet (Platylophus galericulatus) 31 ekor, dan Cica Daun Kecil (Chloropsis cyanopogon) 6 ekor.
Berdasarkan keterangan AFI, burung-burung tersebut berasal dari Kalimantan Selatan dan dikirim ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Telaga Biru di Bangkalan, Madura. Rencananya, burung-burung itu akan didistribusikan ke penjual di beberapa daerah, di antaranya yaitu Kediri (Jawa Timur) dan Karanganyar (Jawa Tengah). Kegiatan ini dilakukan oleh AFI sejak awal tahun 2022.
Dalam penggerebekan itu, tim operasi tak hanya mengamankan ribuan burung dan AFI, tapi juga tiga orang sopir berinisial AH, AF, dan RB. Turut diamankan empat unit mobil yang digunakan para pelaku untuk mengangkut burung tersebut.
Taqiuddin mengatakan, penanganan kasus ini dilakukan dengan pendekatan multidoor. Balai Gakkum Jabalnusra akan menangani kasus terkait penjualan burung berstatus dilindungi. Sedangkan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya akan menangani kasus terkait penjualan burung yang tak dilindungi.
Dalam perkara yang diusut Balai Gakkum KLHK Wilayah Jabalnusra, AFI telah ditetapkan sebagai tersangka. Dia kini ditahan di Rutan Polda Jawa Timur. "Tersangka AFI saat ini masih diperiksa untuk mengungkap keterlibatan pihak lain yang merupakan jaringan perdagangan tumbuhan dan satwa liar," kata Taqiuddin.
Penyidik Balai Gakkum KLHK Wilayah Jabalnusra menjerat AFI dengan Pasal 40 ayat 2 jo. Pasal 21 ayat 2 huruf a Undang – Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dia terancam dijatuhi hukuman penjara paling lama lima tahun dan denda maksimal Rp 100 juta.