REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Aliansi vaksin global, Gavi, mengungkapkan, cakupan vaksinasi Covid-19 di 92 negara berpenghasilan rendah rata-rata sudah mencapai 50 persen. Gavi mengapresiasi kemajuan dalam menutup kesenjangan kesetaraan vaksin.
Gavi, selaku pihak yang ikut memimpin skema distribusi vaksin Covid-19 global Covax dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memuji pencapaian cakupan vaksinasi di negara-negara miskin tersebut. Sebab pada awal tahun, hanya sekitar 31 persen populasi di 92 negara terkait yang sudah menerima vaksinasi penuh dua dosis. “Negara-negara berpenghasilan rendah telah membuat langkah luar biasa,” katanya, Kamis (18/8/2022).
Gavi mengungkapkan, 92 negara tersebut memperoleh vaksin Covid-19 dari donor. Penjabat Direktur Pelaksana Kantor Covax Gavi Derrick Slim turut mengapresiasi pencapaian vaksinasi di negara-negara miskin tersebut. “Pandemi belum berakhir,” ujarnya seraya menekankan bahwa kasus dan kematian akibat Covid-19 terus meningkat.
Slim pun memperingatkan bahwa varian baru Covid-19 masih tetap bisa menjadi ancaman bagi masyarakat dunia. Sejak vaksin Covid-19 pertama kali tersedia, Covax telah mendistribusikan lebih dari 1,4 miliar dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah di seluruh dunia.
Gavi, WHO, dan lembaga terkait lainnya sudah lama mengecam tentang ketimpangan yang mencolok dalam akses ke vaksin Covid-19. Hal itu menjadi tantangan tersendiri untuk mengatasi pandemi. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun menyoroti isu tersebut. “Ketidaksetaraan vaksin adalah kegagalan moral terbesar di zaman kita dan masyarakat serta negara menerima konsekuensinya,” ujar Guterres awal tahun lalu.
Sejauh ini dunia sudah mencatatkan 594 juta kasus Covid-19. Pandemi telah menyebabkan lebih dari 6,45 juta orang meninggal dunia.