REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV – Otoritas Israel mengatakan mereka berencana memberikan lebih banyak izin kerja kepada warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza. Janji tersebut sempat diumumkan saat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengunjungi Israel dan Palestina bulan lalu.
“Keputusan itu (pemberian lebih banyak izin kerja kepada warga Gaza) akan berlaku dengan syarat situasi keamanan tetap tenang di daerah itu,” kata badan militer Israel yang menangani urusan sipil Palestina, COGAT, Jumat (19/8/2022), dikutip laman Al Arabiya.
Pada 12 Juli lalu, Israel sempat mengumumkan akan meningkatkan izin kerja menjadi 15.500 orang bagi penduduk Jalur Gaza. Pengumuman itu disampaikan pada malam kunjungan Joe Biden ke Israel dan wilayah Palestina. Namun empat hari kemudian, Israel membatalkan rencana untuk menambahkan jumlah izin kerja bagi warga Gaza tersebut. Padahal izin semacam itu bakal memberikan pendapatan penting bagi segelintir warga Gaza yang sudah 15 tahun hidup dalam blockade.
Pembatalan penambahan jumlah izin kerja dilakukan menyusul adanya serangan roket dari Jalur Gaza. Israel kemudian mengerahkan jet tempurnya untuk membalas serangan itu. Pada 5 Agustus lalu, Israel terlibat pertempuran dengan kelompok Jihad Islam yang berbasis di Jalur Gaza. Tel Aviv membombardir situs dan fasilitas Jihad Islam dengan serangan udara. Sebagai balasan, Jihad Islam meluncurkan serangkaian serangan roket ke beberapa wilayah Israel. Menurut PBB, Jihad Islam melepaskan sekitar 1.100 roket. Namun 20 persennya tak mencapai Israel dan justru jatuh di Jalur Gaza.
Sementara itu, Israel mengatakan berhasil menghancurkan puluhan situs dan fasilitas milik Jihad Islam, termasuk pabrik pembuatan senjata dan depot penyimpananya. Dua komandan Jihad Islam pun turut tewas dalam serangan Israel. Kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata pada 7 Agustus berkat bantuan mediasi Mesir.
Pertempuran yang berlangsung selama tiga hari menyebabkan 44 warga Palestina di Jalur Gaza tewas. Sebanyak 15 di antaranya adalah anak-anak. Sementara korban luka mencapai sedikitnya 360 orang.