REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memilih antara orang tua yang telah berkorban dalam hidupnya demi sang anak dengan sahabat yang selalu hadir dalam suka duka, seharusnya menjadi hal yang sulit. Tapi memilih antara sahabat dan orang tua diceritakan dengan sangat mudah dalam Mencuri Raden Saleh karya stradara Angga Dwimas Sasongko.
Film yang akan tayang mulai 25 Agustus 2022 di seluruh bioskop Indonesia ini menyimpan sentilan dari sang sutradara. Secara gamblang, Angga memang ingin membuat sebuah film yang didominasi anak-anak muda dan ingin suara-suara anak muda didengar.
"Saya nggak pernah ngerasa umur jadi batasan. Kalau ada yang bilang, 'Pemainnya muda-muda, masa ceritanya begini'. Berarti itu nggak belajar sejarah," ungkap Angga dalam press screening Mencuri Raden Saleh di XXI Epicentrum Jakarta, Jumat (19/8/2022).
Jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, anak muda yang menginginkan Indonesia bersatu lewat Sumpah Pemuda yang tercetus pada 1928. Penculikan Bung Karno ke Rengasdengklok juga melibatkan sebagian besar anak-anak muda hingga muncul pidatonya yang sangat anyar.
"Di sini juga banyak kru yang masih sangat muda, semua yang terlibat di sini ingin semua suaranya didengar. Bahwa ini film sama-sama, semua orang punya suara, semua orang punya pendapat yang sama dan dihargai,” ujar Angga.
Tidak hanya itu, sentilan lainnya juga digambarkan pada beberapa adegan ketika misalnya pejabat mampu memegang kendali di atas masyarakat sipil. Pejabat bisa saja melakukan rekayasa skenario untuk menutupi suatu kebusukan besar, dan tak ada yang berani melawan.
Ada juga adegan bagaimana kehidupan berat dalam tatanan sosial tertentu, yang sebagian besar dialami oleh seluruh masyarakat. Permasalahan uang yang selalu memicu hal-hal baik hingga hal terburuk sekali pun, tak pandang darah daging maupun kawan sehidup semati.