REPUBLIKA.CO.ID, MALANG— Cinta Tanah Air menjadi cara efektif menghadapi gempuran ideologi transnasional yang bertentangan dengan konsensus kebangsaan.
Langkah ini disambut baik Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Universitas Brawijaya bekerja sama menanamkan nilai-nilai budaya bangsa pada mahasiswa. Tujuannya membuat mahasiswa cinta pada Tanah Air.
Penanaman nilai-nilai kebangsaan dilakukan melalui Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK). Nilai Pancasila, akar kebudayaan bangsa, moderasi beragama, dan wawasan kebangsaan akan menjadi bahasan dalam MKWK.
"BNPT terus mendorong transformasi wawasan kebangsaan di perguruan tinggi," kata Kepala BNPT, Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar, MH usai memberikan materi untuk dosen pengampu MKWK di Universitas Brawijaya, Malang, Kamis (18/7/2022).
Menurut Boy, proses perkuliahan di perguruan tinggi tidak sekadar meningkatkan kemampuan intelektual saja tetapi juga jiwa nasionalisme anak didik.
Dia mengatakan, sebagai universitas kelas dunia, Universitas Brawijaya harus mencetak generasi penerus yang cinta tanah air dan tangguh menghadapi gempuran ideologi transnasional yang bertentangan dengan nilai konsensus negeri ini. "Ilmu pengetahuan itu perlu diiringi dengan semangat nasionalisme," seru Boy.
Boy menmbhagai langkah konkrit pencegahan radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus, dalam kunjungan ini, BNPT dan Universitas Brawijaya juga menyepakati Perjanjian Kerja Sama tentang Pencegahan Paham Radikal dan Intoleransi. PKS ini ditandatangani oleh Sekretaris Utama BNPT, Mayjen TNI Dedi Sambowo, SIP, dan Rektor Universitas Brawijaya, Prof Widodo.
Mewakili Rektor, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Internasionalisasi, Prof Dr Ir Moch Sasmito Djati, MS, mengatakan tantangan generasi muda di masa yang akan datang tidaklah sederhana. Kerja sama dengan BNPT menjadi langkah yang strategis dalam menyiapkan anak didik Universitas Brawijaya untuk membangun Indonesia.
“Tantangan ke depan tidak sederhana, tidak hanya terjadi perang fisik tetapi juga ideologis. Potensi ini sangat penting untuk kita ketahui karena ini tanggung jawab bersama membangun negeri ini untuk mencapai negara yang adil dan makmur,” kata Sasmito.
Penguatan wawasan kebangsaan menjadi penting bagi generasi muda saat ini dan generasi muda yang akan datang mengingat Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dan tantangan sebelum menuju Indonesia emas pada saat genap berumur 100 tahun pada 2045.
Salah satu tantangan yang perlu dihadapi, kata dia, adalah paparan dan internalisasi paham intoleran dan radikalisme yang menyasar anak-anak muda. Masyarakat, akademisi dengan pemerintah perlu bergandengan tangan dalam menangkal paham transnasional.