REPUBLIKA.CO.ID,BERLIN -- Rusia akan menghentikan pasokan gas alam ke Eropa selama tiga hari pada akhir Agustus 2022 melalui pipa utamanya ke wilayah tersebut, kata raksasa energi Rusia Gazprom pada Jumat, (20/8/2022) seperti dilansir dari Reuters.
Langkah itu menambah tekanan di wilayah Eropa karena sedang mempersiapkan diri untuk mengisi bahan bakar menjelang musim dingin.
Pemeliharaan tak terjadwal pada pipa Nord Stream 1, yang mengalir di bawah Laut Baltik ke Jerman, memperdalam kebuntuan energi antara Moskow dan Brussel yang telah membantu memicu lonjakan inflasi di kawasan itu dan meningkatkan risiko penjatahan dan resesi.
Gazprom mengatakan, penutupan itu karena satu-satunya kompresor pipa yang tersisa membutuhkan perawatan. Aliran gas melalui rute pipa lainnya juga telah turun sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 di mana Moskow menyebutnya sebagai operasi militer khusus.
Langkah ini akan membawa gangguan lebih lanjut terutama untuk Jerman, yang sangat bergantung pada pengiriman dari Moskow untuk menggerakkan industrinya. Uni Eropa menuduh Rusia menggunakan energi sebagai senjata. Moskow telah membantah tuduhan itu dan menyalahkan sanksi atas penurunan ekspor.
"Kami memantau situasi dengan cermat dengan Badan Jaringan Federal," kata juru bicara kementerian ekonomi Jerman dikutip Reuters, Sabtu (20/8/2022).
Sementara itu, Pemerintahan Biden tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Shutdown akan berlaku mulai 31 Agustus hingga 2 September 2022. Penutupan itu untuk kebutuhan pemeliharaan yang terakhir dilakukan selama 10 hari pada bulan Juli. Namun, langkah itu dinilai menimbulkan kekhawatiran apakah Rusia akan melanjutkan pasokan yang telah berkurang sejak pertengahan Juni.
Operator sistem transmisi gas Ukraina mengatakan bahwa sistem pipa gas Polandia memiliki kapasitas untuk mengkompensasi penghentian Nord Stream, dan memungkinkan gas Rusia mencapai Eropa.
Dampak ekonomi Jerman yang lebih luas disorot dalam data harga produsen, yang pada bulan Juli mengalami kenaikan tertinggi, baik secara tahunan maupun bulanan lantaran biaya energi yang meroket.
Pipa Nord Stream telah berjalan hanya dengan seperlima dari kapasitasnya, dan memicu kekhawatiran bahwa Rusia dapat menghentikan aliran sepenuhnya menuju musim pemanasan sebelum musim dingin.
Sebelum Gazprom mengumumkan penutupan, harga gas di Eropa tetap mendekati level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Sementara harga gas AS berbalik arah dan naik 1,2 persen menyusul berita tersebut.
Jerman telah melakukan upaya yang ditargetkan untuk mengisi fasilitas penyimpanannya untuk mempersiapkan musim dingin dengan tingkat berdiri di 78 persen pada 17 Agustus, sedikit lebih dari sekitar 76 persen untuk Uni Eropa secara keseluruhan.
Setelah pemeliharaan selesai dan dengan tidak adanya kerusakan teknis, Gazprom mengatakan, sebanyak aliran 33 juta meter kubik (mcm) gas per hari -sejalan dengan volume saat ini- akan dilanjutkan.
Volume restart akan menjadi hanya 20 persen dari kapasitas penuh Nord Stream sebesar 167 mcm setiap hari.
Gazprom mengatakan, pekerjaan pemeliharaan di stasiun kompresor gas Trent 60 yang tersisa akan dilakukan bersama dengan Siemens Energy. Perusahaan Rusia sebelumnya menyalahkan peralatan yang rusak atau tertunda untuk aliran yang lebih rendah. Jerman mengatakan ini adalah dalih untuk melukai ekonominya.
Siemens, yang bertanggung jawab memelihara turbin Nord Stream 1, menolak berkomentar.
Salah satu turbin Nord Stream 1 macet di Jerman setelah menjalani perawatan di Kanada. Jerman mengatakan itu bisa diangkut tetapi Moskow terus mengatakan bahwa sanksi telah mencegah peralatan dikirim kembali ke Rusia.
Sebelumnya, politisi senior Jerman telah menolak saran bahwa kekurangan gas dapat dikurangi dengan mengizinkan pipa Nord Stream 2 yang ditangguhkan untuk beroperasi, sesuatu yang diusulkan oleh Kremlin sebagai solusi.
"Saya sangat menyarankan agar kita tidak mempermalukan diri sendiri karena selalu meminta Presiden Rusia untuk sesuatu yang tidak akan kita dapatkan," kata Kevin Kuehnert, pejabat nomor dua di Partai Sosial Demokrat Kanselir Olaf Scholz.
"Ketergantungan padanya harus diakhiri untuk selamanya," tambahnya dalam sebuah wawancara dengan situs web t-online.