Sabtu 20 Aug 2022 13:01 WIB

Studi Temukan Risiko Demensia Dua Tahun Setelah Infeksi Covid-19

Penelitian catat efek neurologis jangka panjang dari Covid 19.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Penelitian catat efek neurologis jangka panjang dari Covid 19.
Foto: www.freepik.com
Penelitian catat efek neurologis jangka panjang dari Covid 19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru yang diterbitkan di The Lancet Psychiatry mencatat secara komprehensif tentang efek neurologis jangka panjang dari Covid 19 yang diterbitkan hingga saat ini. Penelitian ini melacak lebih dari satu juta orang hingga dua tahun.

Temuan mengungkapkan peningkatan risiko gangguan mood seperti depresi dan kecemasan, setelah infeksi SARS-CoV-2, kembali normal setelah beberapa bulan. Akan tetapi peningkatan tingkat demensia masih terdeteksi pada orang dewasa yang lebih tua hingga 24 bulan setelah penyakit akut.

Baca Juga

Setahun yang lalu tim peneliti dari Universitas Oxford menerbitkan sebuah penelitian yang menunjukkan gejala long Covid masih dapat dideteksi hingga 12 bulan setelah infeksi awal SARS-CoV-2. Sekarang, tim yang sama telah menawarkan tindak lanjut yang lebih besar dari pasien Covid 19 hingga dua tahun setelah infeksi awal mereka.

Studi ini mengamati 1,28 juta pasien Covid 19, dan mencocokkannya dengan kelompok kontrol pasien dengan jenis infeksi pernapasan virus lainnya. Tujuan utamanya adalah memahami apa efek Covid 19 secara khusus pada risiko 14 kondisi neurologis dan kejiwaan, dibandingkan dengan infeksi virus lainnya.

Kabar baiknya adalah bahwa setiap peningkatan risiko gangguan mood setelah Covid 19, seperti kecemasan atau depresi, tampaknya kembali ke garis dasar dalam beberapa bulan setelah penyakit akut. Pada anak-anak khususnya para peneliti tidak menemukan perbedaan sama sekali dalam tingkat depresi atau kecemasan akibat Covid 19 dibandingkan dengan infeksi pernapasan lainnya.

Tetapi pada orang dewasa ada beberapa tanda masalah neurologis yang bertahan hingga dua tahun setelah Covid 19. Orang dewasa berusia di bawah 65 tahun menunjukkan tingkat kabut otak yang lebih tinggi setelah Covid 19 dibandingkan dengan infeksi pernapasan lainnya (640 kasus per 10 ribu orang dibandingkan dengan 550 kasus per 10 ribu orang).

Orang dewasa berusia di atas 65 tahun tampaknya menunjukkan masalah neurologis jangka panjang yang paling signifikan, dengan peningkatan tingkat kabut otak (1.540 kasus per 10 ribu dibandingkan dengan 1.230 kasus), demensia (450 kasus vs 330), dan gangguan psikotik (85 kasus vs 60).

"Ini adalah kabar baik bahwa kelebihan diagnosis depresi dan kecemasan setelah Covid 19 berumur pendek, dan itu tidak diamati pada anak-anak,” ujar pemimpin studi baru, Paul Harrison seperti dilansir dari laman New Atlas, Sabtu (20/8/2022).

Namun, mengkhawatirkan bahwa beberapa gangguan lain, seperti demensia dan kejang, terus lebih mungkin didiagnosis setelah Covid 19, bahkan dua tahun kemudian. Tampaknya juga bahwa omicron, meskipun kurang parah pada penyakit akut, diikuti oleh tingkat diagnosis yang sebanding.

Kekhawatiran atas efek SARS-CoV-2 pada penyakit neurodegeneratif telah muncul sejak pandemi dimulai pada tahun 2020. Pada tahun-tahun setelah pandemi Flu Spanyol pada tahun 1918, dokter melihat peningkatan tajam dalam tingkat penyakit Parkinson dan para peneliti telah menyarankan beberapa virus infeksi dapat mempercepat perkembangan penyakit neurodegeneratif yang sudah ada sebelumnya.

Penelitian yang dipresentasikan beberapa bulan lalu mengindikasikan mungkin sudah ada tanda-tanda peningkatan tingkat Alzheimer, Parkinson, dan stroke pada orang yang selamat dari Covid yang lebih tua.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement