REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi bangsa Indonesia sekarang mulai memprihatinkan karena semangat kebersamaan menghilang dari kehidupan. Hal ini terlihat dari hilangnya rasa saling menghargai serta menghormati antarsesama.
Kondisi inilah menjadi akar sikap egoisme dan merasa layak untuk memimpin golongan lainnya. Sikap ini justru berpotensi memecah belah bangsa karena munculnya kepentingan kelompok diatas kepentingan bersama atas satu entitas, Indonesia.
Namun, faktor pengalaman, kekecewaan dengan kondisi saat ini, seperti ketidakhadiran sosok pemimpin yang adil, hingga pemimpin bangsa yang mampu mengayomi semua golongan. Di samping itu, krisis sifat negarawan para elit politik maupun pejabat pemerintahan.
Hal ini memperlebar benturan antar elit politik serta ketidak puasan atas kepemimpinan dalam semua jenjang seiring dengan jelang perhelatan akbar demokrasi, Pilpres 2024.
Menanggapi hal tersebut, Pusat Pendidikan Khusus Organisasi Kaderisasi Kepemimpinan menggelar dialog, "Kepemimpinan yang Dibutuhkan untuk Mengisi Kemerdekaan" yang diadakan di sebuah kafe kawasan Jakarta Pusat.
Dialog ini sebagai upaya untuk merumuskan sosok pemimpin nasional yang dibutuhkan dalam mengatasi berbagai masalah bangsa. Dialog ini mengupas komponen serta karakter Pemimpin yang tepat dan pas untuk menjawab tantangan kondisi saat ini hingga ke depan.
"Kami ingin menguji hipotesa bahwa pemimpin yang dibutuhkan pada 2024 bukan hanya dari sipil namun juga yamg menjadi perhatian kita adalah dari kalangan militer," kata Cepi A. Rohman selaku Direktur Pusat Pendidikan khusus dalam rilisnya, Sabtu (20/8/2022).
Sejumlah nara sumber dihadirkan dalam dialog ini antara lain adalah Cepi A.Rohman (Socioprenuer), Aliy Rasyid SE MM (Alumni HMI Ubhara Jaya/Dosen), Yaumal Akbar (Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia). Juga, Yusuf Salam (Forma SKSG Universitas Indonesia), Muchlas (Presma Unindra 2018-2019) dan Sureza (Milenial Indonesia).