REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekeringan terburuk di Eropa dalam beberapa tahun ke belakang, telah mendorong beberapa sungai besar seperti Sungai Danube ke salah satu level terdangkal dalam hampir satu abad. Akibatnya, sungai itu memperlihatkan lusinan kapal perang Jerman. Kapal itu sarat bahan peledak, dan tenggelam selama World War 2 (WW2) di dekat kota pelabuhan sungai Prahovo, Serbia.
Kapal-kapal itu termasuk di antara ratusan kapal yang ditenggelamkan di sepanjang Danube oleh armada Laut Hitam Nazi Jerman pada 1944, saat mereka mundur dari pasukan Soviet yang maju, dan masih menghambat lalu lintas sungai selama permukaan air rendah.
Namun, kekeringan tahun ini yang dipandang oleh para ilmuwan sebagai akibat dari pemanasan global, telah mengekspos lebih dari 20 kapal raksasa di bentangan Danube dekat Prahovo, di timur Serbia.
Banyak di antara kapal besar itu masih mengandung berton-ton amunisi dan bahan peledak, yang dapat menimbulkan bahaya bagi pelayaran.
“Armada Jerman telah meninggalkan bencana ekologis besar yang mengancam kita, rakyat Prahovo,” kata seorang pensiunan dari Prahovo berusia 74 tahun, yang menulis buku tentang kapal-kapal Jerman, Velimir Trajilovic.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (20/8/2022), pekerja di industri perikanan lokal juga berisiko, termasuk dari Rumania yang terletak tepat di seberang sungai.
Kekeringan selama berbulan-bulan dan suhu yang mencapai rekor tertinggi, telah mengganggu lalu lintas sungai di arteri vital di bagian lain Eropa, termasuk Jerman, Italia, dan Prancis.
Di Serbia, pihak berwenang terpaksa melakukan pengerukan untuk menjaga jalur navigasi di Danube tetap terbuka. Oleh Prahovo, beberapa kapal raksasa itu telah mempersempit bagian yang dapat dilayari di bentangan Danube, menjadi hanya 100 meter dari 180 meter.
Tersebar di dasar sungai, beberapa kapal masih memiliki menara, jembatan komando, tiang rusak, dan lambung bengkok, sementara yang lain sebagian besar terendam di bawah gundukan pasir.
Pada Maret 2022, pemerintah Serbia mengundang tender untuk penyelamatan kapal raksasa, serta pemindahan amunisi dan bahan peledak. Biaya operasi diperkirakan mencapai 29 juta euro.