REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan satu warga negara Indonesia terkonfirmasi menderita monkeypox (cacar monyet). Pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 27 tahun, dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis sebelum tertular.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr Mohammad Syahril mengatakan, pasien cacar monyet akan sembuh sendiri kala tidak ada infeksi tambahan atau tidak ada komorbid yang berat yang dapat memperparah kondisi pasien. "Kalau pasiennya tidak ada komorbid dan tidak ada penyakit pemberat lain, insya Allah sebetulnya pasien ini bisa sembuh sendiri," kata dr Syahril dalam keterangan pers, Sabtu (20/8/2022).
Gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak. Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari dua hingga empat pekan.
Perihal vaksinasi, WHO hingga kini belum memberikan rekomendasi untuk vaksinasi massal dalam menghadapai cacar monyet. Meskipun, ada dua atau tiga negara yang sudah melakukan vaksinasi.
"Indonesia juga sedang memproses untuk pengadaannya dan harus melalui rekomendasi dari Badan POM," kata dia.
Dia mengatakan, pasien cacar monyet tidak memerlukan ruang isolasi sebagaimana pasien Covid-19. Ruang isolasi untuk pasien Covid-19 memerlukan tekanan negatif, sementara untuk pasien cacar monyet ruang isolasi tersebut tidak diperlukan.
Terapi Perawatan klinis untuk cacar monyet harus dioptimalkan sepenuhnya untuk meringankan gejala, mengelola komplikasi, dan mencegah gejala sisa jangka panjang. Pasien harus diberi cairan obat dan makanan untuk mempertahankan gizi yang memadai.
Infeksi bakteri sekunder harus diobati sesuai indikasi. Antivirus yang dikenal sebagai tecovirimat yang dikembangkan untuk cacar dilisensikan oleh European Medicines Agency (EMA) untuk cacar monyet pada 2022 berdasarkan data pada penelitian pada hewan dan manusia.
Tecovirimat belum tersedia secara luas. Jika digunakan untuk perawatan pasien, tecovirimat idealnya harus dipantau dalam konteks penelitian klinis dengan pengumpulan data prospektif.