REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Menurut data polisi Swedia, negara tersebut mengalami lebih dari 250 serangan bersenjata tahun ini yang menewaskan sedikitnya 45 orang. Padahal Swedia memiliki reputasi sebagai salah satu negara paling damai di dunia.
Sebanyak 251 serangan bersenjata dilakukan dalam delapan bulan pertama 2022. Setidaknya 45 orang meninggal dunia dan 67 terluka akibat serangan tersebut.
Kejahatan terorganisir telah meningkat di negara Skandinavia selama beberapa tahun terakhir. Tercatat pada 2019, sebanyak 360 penembakan terjadi dengan 45 orang meninggal dan 126 lainnya luka-luka. Angka ini meningkat menjadi 379 penembakan dengan 47 orang meninggal dan 126 terluka pada 2020.
Swedia menghadapi masalah yang sama pada 2021 dan sindikat kejahatan melakukan 344 serangan bersenjata, membunuh 45 orang, dan melukai 115 lainnya. Pada 2 Juni, partai sayap kanan di parlemen Swedia Riksdag mengajukan mosi tidak percaya terhadap Menteri Kehakiman dan Dalam Negeri Morgan Johansson.
Pengajuan itu dilakukan dengan alasan ketidakmampuan untuk mencegah meningkatnya konflik bersenjata sindikat dan geng kejahatan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson mengatakan akan mundur jika menterinya dilengserkan.
Partai-partai oposisi pun gagal mengumpulkan dukungan mayoritas untuk mosi melawan Johansson. Dikutip dari Anadolu Agency, pada Juni lalu Ulf Bostrom dari kepolisian Gothenburg membunyikan alarm untuk menandakan masalahnya sangat besar, bahkan polisi tidak dapat melindungi para korban.
Partai-partai di Swedia bersiap untuk pemilu mendatang yang dijadwalkan bulan depan. Perang melawan geng kriminal menjadi agenda utama dalam pemilihan umum tersebut.