REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Dinas Perindustrian dan Perdagangan bekerja sama dengan Dekranasda Jawa Barat terus menggulirkan program pemberdayaan UMKM dan generasi muda. Salah satu dorongan riil tersebut diresmikannya Rumah Belajar Batik di Kota Tasikmalaya, Sabtu (20/8). Peresmian, dilakukan oleh Ketua Dekranasda Jabar Atalia Praratya Kamil didampingi Kadisperindag Jabar Iendra Sofyan.
Menurut Kadisperindag Jabar Iendra Sofyan, peresmian Rumah Belajar Batik Tasikmalaya bertujuan untuk membangun keterampilan generasi muda usia produktif dalam mengembangkan kerajinan batik. "Juga guna membangun keterampilan kewirausahaan guna membuka peluang lapangan kerja baru bagi masyarakat di Tasikmalaya khususnya dan Jawa Barat pada umumnya," ujar Iendra.
Iendra menjelaskan, Rumah Belajar Batik Tasikmalaya fokus pada tiga materi utama untuk peserta. Yakni kurikulum pembuatan batik tulis maupun cap, kewirausahaan dan literasi keuangan. Pelatihan pembuatan batik tulis, kata Iendra, diawali dengan tahapan pembuatan sketsa, penjiplakan ke kain, pelilinan (klowong), pengisian motif (isen-isen), pewarnaan, penutupan hingga pelorodan.
Adapun materi yang diberikan, kata dia, tidak terbatas pembekalan materi pemasaran dan pembuatan batik saja, namun juga diperkaya dengan materi menjahit dan juga bordir. Serta menyediakan akses modul literasi keuangan melalui pelatihan online yang interaktif dan menarik. Iendra berharap setelah peserta memperolah pembelajaran di Rumah Batik dapat memberikan pelatihan keterampilan vokasi yang akan menjadi bekal bagi para peserta untuk mandiri. Bahkan menciptakan lapangan kerja baru di Tasikmalaya dan Jawa Barat.
"Sampai saat ini, kami telah menjangkau penerima manfaat sebanyak 3.000 orang peserta yang mengikuti pelatihan literasi keuangan dari area Jawa Barat, dan sebanyak 150 peserta terpilih mengikuti pelatihan vokasi membatik dan bimbingan pelatihan bisnis," papar Iendra.
Iendra mengatakan, sejak April 2022 sampai saat ini, Rumah Belajar Batik Tasikmalaya telah memberikan modul pelatihan kewirausahaan, literasi keuangan serta literasi digital, guna mencetak sejumlah-batik-preneur yang mumpuni di Tasikmalaya dan Jawa Barat.
Sedangkan sasaran penerima manfaat Rumah Belajar Batik, kata dia, adalah anak muda putus sekolah yang berasal dari kelompok prasejahtera dan memberikan mereka kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan menjadi seorang Batikpreneur dan menciptakan lapangan kerja."Dengan target dapat membantu bisnis UMKM di Kota Tasikmalaya tumbuh hingga 80 persen dengan angka penyerapan tenaga kerja sebesar 1,5 kali lipat," katanya.
Sementara menurut Pendiri YCAB Veronica Colondam, pihaknya akan terlibat di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya selama lima tahun ke depan.
Veronica menargetkan, satu UMKM yang belajar di rumah tersebut ke depan penghasilannya bisa meningkat hingga Rp 100 juta per bulan. Hal serupa juga terjadi di Rumah Belajar Batik Pekalongan yang karyawannya sebanyak 60 orang. "Contoh sukses ada yang sudah mempunyai 60 karyawan di Pekalongan. Sebulan minimal keuntungannya bisa mencapai Rp 80 juta sampai Rp 100 juta. Itu yang kita cita-citakan di Tasikmalaya dan wilayah Jabar lainnya," papar Veronica.
Rumah Belajar Batik Tasikmalaya didirikan lewat kolaborasi Dekranasda Jabar dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) dan Bank HSBC. Sebelumnya, Ketua Dekranasda Jabar Atalia Praratya Kamil, di rumah ini sebanyak 3.200 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Tasikmalaya akan diberikan pengetahuan lengkap membatik yang dipandu oleh perajin batik kenamaan Komar selama satu tahun. "Ini satu hal yang sangat kita tunggu karena kita tak ingin warisan budaya batik ini hilang karena tak ada regenerasi," katanya.
Tak hanya untuk pelestarian budaya, kata dia, Rumah Belajar Batik Tasikmalaya juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga. Pasalnya, kata dia, dari 3.200 peserta, 3.000-an merupakan UMKM terdampak Covid-19 yang penghasilannya menurun.