Senin 22 Aug 2022 01:05 WIB

Sekjen PBB: Pengiriman 650 Ribu Ton Biji-Bijian dari Ukraina Berjalan Lambat

Ada sejumlah hambatan dan kesulitan yang perlu diatasi terkait pengiriman biji-bijian

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto ini disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina, sebuah kapal kargo Polarnet Turki sedang memuat gandum Ukraina di sebuah pelabuhan di wilayah Odesa, Ukraina, Jumat, 29 Juli 2022.
Foto: AP/Ukrainian Presidential Press Off
Dalam foto ini disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina, sebuah kapal kargo Polarnet Turki sedang memuat gandum Ukraina di sebuah pelabuhan di wilayah Odesa, Ukraina, Jumat, 29 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,  ANKARA -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan pada Sabtu (20/8/2022), lebih dari 650 ribu metrik ton biji-bijian dan makanan lainnya sudah dalam perjalanan ke pasar di seluruh dunia. Dia melihat Black Sea Grain Initiative berjalan sedikit terlambat.

"Kami berada di awal proses yang jauh lebih lama, tetapi Anda telah menunjukkan potensi kesepakatan penting ini bagi dunia," kata Sekjen PBB tersebut di Pusat Koordinasi Gabungan (JCC) yang mengawasi ekspor gandum Ukraina di Istanbul.

Menurut Guterres, ada sejumlah hambatan dan kesulitan yang perlu diatasi terkait pengiriman biji-bijian tersebut. Masalah ini berkaitan dengan asuransi dan keuangan.

Meski begitu, Guterres mengatakan, telah melihat kapal yang disewa Program Pangan Dunia menunggu untuk berlayar ke Tanduk Afrika. Pengiriman ini membawa bantuan yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang menderita kelaparan akut.

"Baru kemarin, saya berada di pelabuhan Odesa dan melihat secara langsung pemuatan muatan gandum ke kapal. Saya sangat tersentuh menyaksikan gandum memenuhi palka kapal. Itu adalah pemuatan harapan bagi banyak orang di seluruh  dunia," ujar Guterres dikutip dari Anadolu Agency.

Menurut Guterres, kesuksesan ini terjadi karena setiap anggota delegasi yang diwakili di JCC, Ukraina, Rusia, Turki, dan PBB  telah bekerja dengan dedikasi dan profesionalisme. "Mereka mewujudkan apa yang dapat kita capai dengan kemauan politik, keahlian operasional terbaik, dan upaya kolektif," ujarnya.

Guterres menegaskan penting bagi semua pemerintah dan sektor swasta untuk bekerja sama membawa bahan-bahan tersebut ke pasar. "Tanpa pupuk pada 2022, mungkin tidak akan ada cukup makanan pada 2023. Mendapatkan lebih banyak makanan dan pupuk dari Ukraina dan Rusia sangat penting untuk lebih menenangkan pasar komoditas dan menurunkan harga bagi konsumen," ujarnya.

Saat ditanya tentang apakah PBB sedang berupaya untuk mencabut embargo Rusia saat ini terhadap produk makanan dan pupuk, Guterres mengatakan, sangat jelas untuk tidak melarang makanan dan pupuk. "Mendapatkan lebih banyak makanan dan pupuk dari Ukraina dan Rusia sangat penting untuk lebih menenangkan pasar komoditas dan menurunkan harga bagi konsumen," katanya.

Menurut Guterres, PBB bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk mengatasi hambatan makanan dan pupuk Rusia yang mencapai pasar dunia. Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar sepertiga dari ekspor gandum global sebelum invasi Rusia pada 24 Februari.

"Bagian lain dari kesepakatan paket ini adalah akses tanpa hambatan ke pasar global makanan dan pupuk Rusia, yang tidak dikenakan sanksi," kata Guterres.

Sedangkan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar yang mendampingi Guterres menyatakan, 656.349 ton biji-bijian dan produk pertanian Ukraina telah meninggalkan pelabuhan Ukraina sejak 1 Agustus. Menurutnya, sebanyak 51 kapal telah berlayar, 27 di antaranya telah berangkat dari Ukraina, dengan lebih banyak lagi dalam perjalanan.

"Kami menilai jumlah ini akan meningkat secara bertahap," kata Akar.

Akar menjelaskan, sebanyak 14 perwakilan dari Turki, 22 dari Rusia, 12 dari Ukraina, dan 23 dari PBB saat ini dipekerjakan oleh JCC. Dia menegaskan, tidak ada unsur militer di lapangan dalam pengaturan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement