REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, menilai visi-misi dari koalisi yang telah terbentuk sampai hari ini belum jelas. Menurutnya pertemuan politik yang ada justru lebih banyak didasari oleh cara pandang dan kalkulasi politik praktis.
"Apa yang terlihat di temen-temen KIB sebenarnya bagus, bagaimana kemudian isu-isu terkait dengan konteksi politik identitas, itu dijadikan visi besar tetapi secara praktis itu belum tergambar di dalam konteks pesan politik mereka kemudian titik beda mereka, dan yang terpenting adalah siapa tokoh yang akan ditampilkan oleh koalisi yang sudah dideklasrasikan," kata Khoirul.
Dirinya mengibaratkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) seperti resepsi perkawinan tanpa pengantin. Koalisi sudah ada, namun calonnya belum jelas. "Pengantinnya jelas baru kita datang ke resepsi. ini resepsinya sudah ada, pengantiinya belum ada," ujarnya.
Begitu juga koalisi yang telah dibentuk Partai Gerindra dan PKB. Meski Gerindra telah mendeklarasikan Prabowo sebagai capres, namun sampai saat ini belum jelas siapa sosok cawapresnya.
"Artinya apa, ada proses negosiasi yang belum selesai di sana," tuturnya.
Namun ia meyakini visi misi koalisibakan jelas jika sosok capres-cawapres dari masing-masing koalisi telah disepakati. "Memang belum ada penjelasan visi yang clear dari masing-masing, tapi saya pikir ketika koalisi sudah terbentuk tentu visi akan semakin jelas arahnya apa," ucapnya.