Ahad 21 Aug 2022 17:21 WIB

Dunia Sudah Hampir Kehilangan Kesempatan Emas Cegah Penyebaran Cacar Monyet

Infeksi cacar monyet dapat berpindah ke anak sebagai kelompok berisiko lainnya.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
 Seorang dokter menunjukkan lesi pada kaki pasien cacar monyet di RS Arzobispo Loayza di Lima, Peru, Selasa, 16 Agustus 2022. Stok vaksin yang dibutuhkan untuk kelompok rentan cacar monyet tidak mencukupi.
Foto: AP Photo/Martin Mejia
Seorang dokter menunjukkan lesi pada kaki pasien cacar monyet di RS Arzobispo Loayza di Lima, Peru, Selasa, 16 Agustus 2022. Stok vaksin yang dibutuhkan untuk kelompok rentan cacar monyet tidak mencukupi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ahli memperingatkan dunia hampir kehilangan kesempatan emas untuk menghentikan penyebaran cacar monyet. Itu terjadi lantaran stok vaksin yang dibutuhkan untuk kelompok rentan tidak mencukupi.

Saat ini, ada sekitar 20 kasus yang ditemukan setiap hari di Inggris. Pekan sebelumnya, angka temuan kasus harian mencapai 35.

Baca Juga

Menurut data terbaru dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), ada 3.081 kasus yang dikonfirmasi di Inggris. Sebanyak 114 lainnya kemungkinan besar juga terinfeksi.

Sementara itu, di Amerika Serikat (AS), ada 14.115 kasus. California dan New York menjadi wilayah yang paling banyak temuan cacar monyet.

Pada Sabtu (20/8/2022), Indonesia juga telah mengonfirmasi temuan satu kasus cacar monyet dari pria yang pulang bepergian dari luar negeri. Sementara itu, pada Sabtu malam waktu setempat, Kuba juga menemukan kasus cacar monyet dari turis asal Italia.

Seiring bertambahnya kasus, kemungkinan untuk menahan penyakit terus berkurang. Profesor Eyal Leshem dari Sheba Medical Center Israel mengatakan infeksi dapat berpindah ke kelompok berisiko lainnya, termasuk anak-anak, orang dewasa yang rentan, dan hewan peliharaan.

"Memetik pelajaran dari masa lalu, kita tahu bahwa kita cuma punya sedikit waktu emas dalam menghentikan wabah. Pada titik ini, kami melihat jendela peluang ini perlahan-lahan tertutup," kata Prof Leshem.

Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), anak-anak di bawah usia delapan tahun dapat mengembangkan reaksi yang lebih parah terhadap virus monkeypox. Terlebih, anak-anak yang memiliki eksim atau kondisi penyakit kulit lain, serta anak-anak yang memiliki masalah imunitas.

Dalam kasus yang jarang terjadi, virus monkeypox dapat menyebabkan ensefalitis (pembengkakan otak), pneumonia, sepsis, kehilangan penglihatan, dan banyak lagi. Sejauh ini, masih belum diketahui alasan anak-anak lebih berisiko, sama seperti ibu hamil dan orang dewasa rentan.

Meski begitu, sampai sekarang anak-anak belum terinfeksi secara luas. Sebagian besar kasus masih terlihat pada pria yang berhubungan seks dengan pria.

Diperkirakan setidaknya delapan anak di Amerika Serikat (AS) dan satu anak laki-laki di bawah 15 tahun di Inggris yang tertular cacar monyet. Untuk mengatasi hal ini, Inggris awalnya memesan 50 ribu vaksin yang cukup untuk memvaksinasi 25 ribu orang.

Sekarang total vaksin yang telah dipesan 150 ribu, jumlah maksimum yang tersedia. Namun, itu pun dikhawatirkan tidak segera tiba untuk memenuhi kebutuhan.

Bukan peluru perak

Dilansir The Sun, Ahad (21/8/2022), Kepala kesehatan telah memperingatkan kelompok gay untuk ekstra waspada terhadap gejala cacar monyet, terutama jika mereka berencana untuk berhubungan seks. Sebab, vaksin bukan "peluru perak" dalam pencegahan cacar monyet.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement