Jokowi Sebut Indonesia Negara Tahan Banting
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Presiden Joko Widodo menyapa relawan saat menghadiri Konser Satu Komando Sapu Lidi di Stadion Gelora 10 November Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (21/8/2022). Gabungan relawan Surabaya menggelar konser akbar Satu Komando Sapu Lidi sebagai wujud komitmen mendukung dan mengawal seluruh sikap dan kebijakan Jokowi untuk kemajuan Bangsa Indonesia. | Foto: ANTARA/Umarul Faruq
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia sebagai negara yang tangguh dan kuat dalam mengatasi berbagai krisis. Ia mencontohkan krisis yang timbul akibat pandemi Covid-19 yang menyerang dunia mulai 2019 hingga saat ini. Indonesia, kata Jokowi, mampu menghadapi krisis tersebut dengan baik. Bahkan masuk dalam lima negara terbaik dalam mengatasi pandemi Covid-19.
"Indonesia adalah bangsa yang kuat. Negara kita ini bangsa yang tahan banting, bangsa yang tangguh, meski diterpa berbagai krisis," kata Jokowi saat menghadiri Konser Sapulidi di Gelora 10 November Surabaya, Ahad (21/8/2022).
Jokowi mengatakan, tidak semua negara bisa bertahan dan mengahadapi krisis akibat pandemi Covid-19. Ia mencontohkan Sri Lanka yang mengalami kebangkrutan akibat tidak bisa menghadapi krisis, yang salah satunya akibat pandemi Covid-19. Namun, kata Jokowi, Indonesia tergolong sukses mengatasi krisis akibat pandemi Covid-19 tersebut.
"Kita tidak seperti negara lain yang gugup, bingung, dan melakukan lockdown. Indonesia tidak lockdown. Keputusan itu saya ambil tidak lockdown karena saya sudah keluar masuk kampung," ujarnya.
Pandemi Covid-19 belum selesai, lanjut Jokowi, dunia termasuk Indonesia terancam masalah krisis pangan. Namun, kata dia, Indonesia lagi-lagi kuat dan mampu mengatasinya. Indonesia, kata dia, masih bisa memproduksi beras dan terhindar dari ancaman krisis pangan.
"Ada negara yang krisis pangan seperti Afrika kekurangan pangan akut. Tapi negara kita masih bisa produksi beras. Kita patut bersyukur karena tidak kekurangan pangan," kata Jokowi.
Jokowi melanjutkan, krisis yang mengancam selanjutnya adalah krisis energi, sebagai dampak konflik antara Rusia dengan Ukraina. Namun, kata Jokowi, Indonesia tergolong masih kuat dan tangguh menghadapi ancaman krisis tersebut. Berbeda dengan negara lain yang kesulitan bahan bakar kendaraan.
"Cari bensin sulit di negara lain harganya sampai dua kali lipat. Di Indonesia hanya sekitar Rp 7.000-an untuk pertalite. Kembali lagi kita syukuri, karena harga BBM masih rendah dibandingkan negara lain walupun subsidinya mencapai Rp 502 triliun," ujarnya.