Senin 22 Aug 2022 09:18 WIB

20 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Provinsi Logar Afghanistan

Banjir menghancurkan 3.000 rumah dan merusak 5.000 lahan pertanian.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang mengumpulkan barang-barang mereka dari rumah mereka yang rusak setelah banjir besar di distrik Khushi provinsi Logar selatan Kabul, Afghanistan, Minggu, 21 Agustus 2022.
Foto: AP Photo/Shafiullah Zwak
Orang-orang mengumpulkan barang-barang mereka dari rumah mereka yang rusak setelah banjir besar di distrik Khushi provinsi Logar selatan Kabul, Afghanistan, Minggu, 21 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Hujan lebat yang mengguyur Provinsi Logar, Afghanistan, telah memicu banjir bandang. Sedikitnya 20 orang sudah dilaporkan tewas akibat bencana tersebut. 

Selain menewaskan warga, banjir turut menghancurkan lebih dari 3.000 rumah. Tak hanya itu, sekitar 5.000 hektare lahan pertanian, terutama kebun buah-buahan, ikut tersapu dan terendam banjir. Sekitar 2.000 hewan ternak tak terselamatkan.

Baca Juga

Personel keamanan dan organisasi amal tengah berusaha mengevakuasi warga dari lokasi terdampak ke tempat aman. “Kami sangat meminta masyarakat internsional untuk bergandengan tangan dengan Afghanistan pada saat kritis ini dan berusaha membantu para korban,” kata juru bicara pemerintahan Taliban Bilal Karimi, Ahad (21/8/2022), dikutip laman Al Araby.

Badan meteorologi Afghanistan memperkirakan, hujan lebat masih akan mengguyur 21 provinsi negara tersebut. Mereka tak mengesampingkan kemungkinan terjadinya banjir bandang di wilayah-wilayah terkait.

Krisis Afghanistan memburuk sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di negara tersebut pada Agustus tahun lalu. Bantuan asing dan skema bantuan bencana untuk Afghanistan seketika berkurang drastis.

Hal itu tak terlepas dari kebijakan dan birokrasi pemerintahan Taliban yang belum memperlihatkan sisi inklusif. Pemenuhan hak-hak dasar perempuan yang sempat dijanjikan Taliban sesat setelah keberhasilan mereka menguasai lagi Afghanistan juga belum tampak realisasinya. Sebaliknya, kehidupan kaum perempuan di sana justru kian terkerangkeng. Anak-anak perempuan yang mulai memasuki kelas tujuh tak diizinkan bersekolah. Sementara perempuan dewasa tak diberi akses ke sektor pekerjaan dan partisipasi  politik.

Saat ini negara-negara Barat sangat menyaring bantuan untuk Afghanistan. Sebab mereka khawatir bantuan-bantuan yang diberikan dapat digunakan untuk mengonsolidasikan cengkeraman Taliban di negara tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement