Senin 22 Aug 2022 12:03 WIB

Menkes: Pandemi tak akan Selesai tanpa Dukungan Pemerataan Riset dan Manufaktur

Menkes sebut, penyelesaian pandemi perlu didukung pemerataan riset dan manufaktur.

Dokumentasi. Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tanpa ada kapasitas riset dan manufaktur kesehatan yang merata serta berkeadilan di seluruh dunia, pandemi Covid-19 tidak akan selesai.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Dokumentasi. Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tanpa ada kapasitas riset dan manufaktur kesehatan yang merata serta berkeadilan di seluruh dunia, pandemi Covid-19 tidak akan selesai.

REPUBLIKA.CO.ID, BALI – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyelesaian pandemi Covid-19 perlu didukung kapasitas riset dan manufaktur kesehatan yang merata serta berkeadilan di seluruh dunia. Tanpa ada kapasitas yang merata di seluruh dunia, pandemi itu tidak akan selesai. 

Secara saintifik, Budi mengatakan, penyakit menular berpotensi memicu gelombang pandemi secara berulang saat dibawa oleh pelaku perjalanan ke berbagai negara dan terjadi interaksi. Bahkan, beberapa negara seperti Amerika Serikat sudah berulang kali mengalami gelombang pandemi Covid-19.

Baca Juga

"Konsepnya adalah, seluruh umat manusia di dunia harus diobati. Itu prinsipnya pandemi," kata Budi dalam agenda konferensi pers di Nusa Dua, Provinsi Bali, Senin (22/8/2022).

Untuk itu, Indonesia mendorong pengembangan kapasitas penelitian, produksi obat, dan alat kesehatan di seluruh negara melalui Forum G20. "Tidak mungkin satu negara saja bisa menyelesaikan pandemi yang sifatnya global. Karena penularan itu terjadi lintas negara," katanya.

Menkes mengatakan, pandemi Covid-19 telah memberi pelajaran bahwa kapasitas yang tidak adil untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin, pengobatan, dan diagnostik di seluruh dunia, menyebabkan keterlambatan dalam memenuhi permintaan global yang cepat selama keadaan darurat kesehatan. "Karena pandemi Covid-19 mulai mereda secara global, tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk bekerja memastikan tidak hanya akses yang adil, tetapi juga adil dalam mengembangkan vaksin, terapi, dan alat diagnostik secara global," katanya.

Sepanjang 2022, katanya, Indonesia telah berkontribusi dalam upaya memperkuat arsitektur kesehatan global melalui tiga agenda utama. Pertama, memperkuat ketahanan sistem kesehatan global yang menghasilkan ketersediaan sumber daya keuangan, akses ke tindakan medis darurat, serta membangun jaringan global laboratorium pengawasan genom dan memperkuat mekanisme berbagi data terpercaya.

Agenda kedua, menyelaraskan standar protokol kesehatan global yang menghasilkan sertifikat vaksin yang saling diakui antarnegara bagi para pelaku perjalanan internasional. Sedangkan pada agenda ketiga yang dibahas dalam 3rd Health Working Group (HWG) di Bali 22-24 Agustus 2022, mengangkat isu utama memperluas manufaktur global dan pusat penelitian untuk pandemi, pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons (PPR).

"Hasil yang ingin dicapai adalah perluasan manufaktur global dan pusat penelitian untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi," kata Budi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement