Senin 22 Aug 2022 22:15 WIB

Diplomat Tinggi Uni Eropa Menentang Usulan Larangan Visa Bagi Warga Rusia

Melarang semua orang Rusia memasuki Uni Eropa dengan alasan apa pun bukan ide baik

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borell pada Senin (22/8/2022) menentang larangan Uni Eropa atas visa turis Rusia. Menurutnya, larangan ini bukan ide yang baik untuk memberikan sanksi kepada Rusia.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borell pada Senin (22/8/2022) menentang larangan Uni Eropa atas visa turis Rusia. Menurutnya, larangan ini bukan ide yang baik untuk memberikan sanksi kepada Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borell pada Senin (22/8/2022) menentang larangan Uni Eropa atas visa turis Rusia. Menurutnya, larangan ini bukan ide yang baik untuk memberikan sanksi kepada Rusia.

“Melarang semua orang Rusia memasuki Uni Eropa dengan alasan apa pun bukanlah ide yang baik. Kita harus lebih selektif,” kata Borrell, dilansir Anadolu Agency.

 Borell mengakui, Uni Eropa terlalu permisif dengan "oligarki" di masa lalu. Terutama dengan memberikan mereka "paspor emas" atau visa dengan imbalan investasi.

“Kita perlu melarang kolaborator dengan rezim Putin di Uni Eropa. Tetapi ada banyak orang Rusia yang ingin meninggalkan negara mereka karena mereka tidak ingin tinggal di Rusia di bawah (Presiden Vladimir) Putin,” kata Borell.

Borrell memperkirakan sekitar 300 ribu orang Rusia telah beremigrasi karena perang di Ukraina. Borrell menambahkan, larangan visa turis sangat memecah belah. Dia mengkritik para pemimpin UE karena membawa persoalan larangan visa Rusia ke debat publik sebelum membahasnya secara tertutup.

Dalam beberapa pekan terakhir, pejabat dari beberapa negara Uni Eropa termasuk Estonia, Finlandia, Latvia, Denmark, Norwegia, Polandia, dan Lithuania telah mendukung gagasan larangan visa turis di seluruh Uni Eropa untuk semua orang Rusia. Sejauh ini Estonia telah berhenti mengeluarkan visa Schengen ke Rusia

Sementara itu, Jerman dan negara-negara lain termasuk Yunani mengatakan mereka menentang larangan visa tersebut. Para menteri luar negeri Uni Eropa diperkirakan akan membahas larangan visa turis dalam pertemuan di Praha pada akhir Agustus.

Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyerukan kepada Barat untuk melarang kedatangan warga Rusia. Pada awal Agustus, Zelenskyy mengatakan kepada surat kabar The Washington Post bahwa, sanksi Barat terhadap Moskow terlalu lemah. Zelenskyy menambahkan, Barat harus menutup perbatasannya dengan Rusia.

Menanggapi pernyataan Zelenskyy, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada 9 Agustus mengatakan, setiap upaya untuk mengisolasi Rusia tidak akan menghasilkan prospek besar. Dia menilai usulan larangan visa Eropa bagi warga Rusia sangat negatif.

"Irasionalitas pemikiran dalam kasus ini, telah keluar dari grafik. Setiap upaya untuk mengisolasi Rusia adalah proses yang tidak memiliki prospek,” ujar Peskov, dilansir Aljazirah.

Finlandia mengeluarkan rencana untuk membatasi visa turis bagi warga Rusia. Tetapi di sisi lain, Finlandia juga menekankan perlunya keputusan tingkat Uni Eropa tentang masalah tersebut.

Di Paris, warga negara Rusia tidak bisa lagi mengunjungi Chateau de Vincennes, yang merupakan salah satu objek wisata penting. Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan, akses warga Rusia telah dibatasi setelah Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada akhir Februari.

Mengomentari pembatasan terhadap warga Rusia di Eropa, Peskov justru menyinggung peristiwa yang terlihat menjelang dan selama Perang Dunia Kedua. “Dalam ketidakramahan mereka, banyak dari negara-negara ini tergelincir ke dalam kelupaan. Mereka menggunakan pernyataan yang kami dengar dari beberapa negara Eropa di pusat Eropa 80 tahun yang lalu," kata Peskov.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement