REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- PBB mengungkapkan, hampir 1.000 anak-anak tewas atau terluka selama perang di Ukraina berlangsung. Jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.
“Sekali lagi, seperti dalam semua perang, keputusan sembrono orang dewasa menempatkan anak-anak pada risiko yang sangat besar. Tidak ada operasi bersenjata semacam ini yang tidak mengakibatkan anak-anak dirugikan,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell dalam sebuah pernyataan, Senin (22/8/2022), dilaporkan UN News.
Menurut UNICEF, sejak Rusia melancarkan agresi militer ke Ukraina pada 24 Februari lalu, mereka telah memverifikasi setidaknya 972 anak yang terbunuh atau terluka. Russell mengungkapkan, sebagian besar jatuhnya korban anak-anak diakibatkan oleh penggunaan senjata peledak yang tidak membedakan antara warga sipil dan prajurit.
Senjata semacam itu digunakan dalam serangan ke beberapa kota di Ukraina, antara lain Mariupol, Luhansk, Kremenchuk, dan Vinnytsua. Peperangan juga telah menyebabkan 1 dari 10 sekolah di Ukraina rusak atau hancur. “Semua anak perlu bersekolah dan belajar, termasuk anak-anak yang terjebak dalam keadaan darurat. Tidak terkecuali anak-anak di Ukraina dan mereka yang terlantar akibat perang ini,” kata Russell.