Selasa 23 Aug 2022 08:07 WIB

Wakil Ketua Komisi X DPR: Seleksi Jalur Mandiri Dihapus Saja

Seleksi dilakukan resmi dengan biaya semester progresif yang jelas dan terukur.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ilham Tirta
Dede Yusuf.
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Dede Yusuf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf ingin agar seleksi jalur mandiri penerimaan mahasiswa baru (PMB) dihapus agar tak terjadi lobi-lobi di bawah tangan. Sebagai gantinya, agar transparan, dapat dilakukan tes seleksi resmi dengan biaya semester progresif yang jelas dan terukur.

"Baiknya jalur mandiri di negeri itu hapus saja. Diganti tes seleksi resmi, gelombang I, II, dan III. Dengan biaya semester progresif, jelas, dan terukur," ujar Dede kepada Republika.co.id, Senin (22/8/2022).

Baca Juga

Terkait jalur afirmasi, kata dia, sebaiknya diperuntukkan bagi siswa berbakat dalam bidang non akademik, seperti olahraga, pramuka, seni, dan sebagainya. Afirmasi juga dapat diberikan terhadap mahasiswa yang berasal dari daerah tertinggal dan mahasiswa berkebutuhan khusus.

"Perlu juga ditinjau ulang soal perguruan tinggi berbadan hukum (PTNBH) yang akibatnya membuat PTN berlomba-lomba buka jalur mandiri untuk bisa membiayai sendiri," jelas dia.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Agil Wahyu Ramadhan, melihat kasus korupsi rektor Universitas Lampung (Unila) sebagai kejadian yang miris. Agil mengatakan, jalur mandiri penerimaan mahasiswa baru (PMB) sepatutnya dievaluasi karena tidak transparan sehingga berpotensi besar terjadinya korupsi.

"Karena tidak transparan, jadi potensi itu (korupsi dalam bentuk suap) begitu besar. Tentu sangat perlu dievaluasi," ujar Agil kepada Republika.co.id, Senin (22/8/2022).

Agil menyampaikan, kasus yang terjadi di Unila merupakan kejadian yang miris. Di mana seorang rektor yang merupakan insan akademis korupsi dengan menjual kursi kuliah. Dia mengatakan, hal tersebut semakin menunjukkan pendidikan Indoensia tidak bersahabat dengan masyarakat, terutama bagi kalangan menengah ke bawah.

"Ini menunjukkan kalau dunia pendidikan Indonesia semakin tidak bersahabat dengan masyarakat, terutama menengah ke bawah," jelas dia.

Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Rektor Unila, Karomani, dan menetapkannya sebagai tersangka. Selain Karomani, juga dilakukan penetapan tersangka terhadap Heryandi yang menjabat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila, Muhammad Basri sebagai Ketua Senat Universitas Lampung, Andi Desfiandi dari swasta.

Penangkapan tersebut berawal dari laporan masyarakat terkait penerimaan mahasiswa baru di kampus negeri tersebut. Ia menambahkan, pihaknya akan bekerja sama dengan KPK untuk menuntaskan perkara korupsi itu.

"Kemendikbudristek siap bekerja sama dengan KPK untuk menuntaskan perkara ini dan juga akan terus bekerja sama dengan KPK dalam memberantas korupsi di Indonesia, termasuk di institusi perguruan tinggi," ujar Plt Kepala Biro Kerja sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Anang Ristanto di Jakarta, Ahad (21/8/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement