Selasa 23 Aug 2022 11:17 WIB

Meski Tengah Hadapi Krisis, Jokowi Ingin Pengusaha Tetap Optimistis

Jokowi berharap pengusaha lihat peluang dari krisis pangan dan energi

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo. Joko Widodo (Jokowi) mendorong para pengusaha Indonesia agar tetap optimistis meskipun tengah menghadapi berbagai krisis saat ini. Jokowi menilai, berbagai krisis yang terjadi, seperti krisis pangan dan energi, bisa dijadikan sebagai peluang bagi para pengusaha.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Presiden Joko Widodo. Joko Widodo (Jokowi) mendorong para pengusaha Indonesia agar tetap optimistis meskipun tengah menghadapi berbagai krisis saat ini. Jokowi menilai, berbagai krisis yang terjadi, seperti krisis pangan dan energi, bisa dijadikan sebagai peluang bagi para pengusaha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong para pengusaha Indonesia agar tetap optimistis meskipun tengah menghadapi berbagai krisis saat ini. Jokowi menilai, berbagai krisis yang terjadi, seperti krisis pangan dan energi, bisa dijadikan sebagai peluang bagi para pengusaha.

Ia mengatakan, di saat negara lain tengah mengalami ancaman kekurangan pangan, Indonesia justru dinyatakan sudah swasembada beras dan sistem ketahanan pangan dinilai baik. Hal ini disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan kepada KADIN Provinsi se-Indonesia di Jakarta Timur, Selasa (23/8).

"Hal-hal seperti ini, yang gak perlu kita itu loh, kita harus waspada iya, kita harus hati-hati, iya, tapi jangan memunculkan sebuah pesimisme, ini yang saya tidak mau, tetap harus optimis. Karena setiap kesulitan pasti ada peluang di situ, pasti,\" kata Jokowi.

Jokowi meyakini, dalam kondisi sesulit apapun pasti akan menciptakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha. Di sektor pangan, Jokowi pun mengajak para pengusaha untuk meningkatkan produksi kebutuhan pangan, termasuk beras sehingga dapat diekspor ke berbagai negara yang membutuhkan.

"Peluangnya apa? Ada krisis pangan, berarti peluangnya ya ada di pangan. Kalau jualan pangan ya paling cepet sekarang ini. Kemarin misalnya dari China minta beras 2,5 juta ton dari negara lain. Saudi misalnya sebulan minta 100 ribu ton beras. Saat ini kita belum berani, udah kita stop dulu," kata dia.

Selain itu, para pengusaha juga didorong agar memanfaatkan peluang untuk meningkatkan produksi bahan pangan substitusi impor, seperti gandum. Sebab, harga gandum saat ini sangatlah tinggi. Gandum bisa digantikan oleh bahan pangan lainnya seperti singkong, sorgum, sagu, dll yang dapat ditanam di Indonesia.

"Artinya saya mengajak bapak ibu sekalian misalnya di NTT, ada Kadin NTT? Tanam sorgum. NTT itu adalah tempatnya sorgum, sangat subur sekali dan sangat visible. Coba aja lah gak usah ribuan hektare, coba dulu 10 hektare.... Itu nanti dipakai untuk campuran gandum," jelasnya.

Pemerintah sendiri telah melakukan ujicoba menanam sorgum di Waingapu, NTT. Menurut dia, NTT merupakan daerah yang cocok untuk tanaman ini.

Selain sorgum, Jokowi juga mendorong para pengusaha untuk meningkatkan produksi jagung yang juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Ia menyebut, permintaan jagung sangatlah besar baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

"Karena impor jagung kita sekarang ini masih 800 ribu ton yang sebelumnya 7 tahun yang lalu 3,5 juta ton, apa? Ini peluang," ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement