Selasa 23 Aug 2022 11:52 WIB

China: Covid-19 Perburuk Angka Kelahiran

Sebelum pandemi angka kelahiran sudah turun drastis karena tingginya biaya pendidikan

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Seorang wanita memberi makan seorang anak di dekat area penampungan di luar Caritas Medical Center di Hong Kong Rabu, 16 Februari 2022. Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Cina mengatakan Covid-19 berkontribusi pada penurunan angka kelahiran dan pernikahan di negara itu.
Foto: AP/Vincent Yu
Seorang wanita memberi makan seorang anak di dekat area penampungan di luar Caritas Medical Center di Hong Kong Rabu, 16 Februari 2022. Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Cina mengatakan Covid-19 berkontribusi pada penurunan angka kelahiran dan pernikahan di negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Komisi Kesehatan Nasional (NHC) Cina mengatakan Covid-19 berkontribusi pada penurunan angka kelahiran dan pernikahan di negara itu. Sebelum pandemi angka kelahiran sudah turun drastis karena tingginya biaya pendidikan dan perawatan anak.

NHC mengatakan banyak perempuan yang masih menunda rencana menikah atau memiliki anak. Mereka menambahkan pembangunan ekonomi dan sosial yang cepat telah mengarah pada "perubahan besar."

Baca Juga

NHC menambahkan anak-anak muda yang pindah ke daerah perkotaan lebih banyak menghabiskan waktunya pada pendidikan dan tuntutan kerja yang tinggi juga berperan.

Para demografer juga mengatakan kebijakan "nol-Covid" China yang mencegah wabah dengan mengendalikan pergerakan warga yang ketat juga berdampak besar. Menimbulkan kerusakaan mendalam dan langgeng pada keinginan memiliki anak.

"Virus corona juga memiliki dampak yang jelas pada pernikahan dan pengaturan kelahiran pada beberapa orang," kata NHC, Selasa (23/8/2022). Pernyataan ini dikirimkan tertulis merespons pertanyaan kantor berita Reuters.

Para demografer mengatakan tahun ini angka kelahiran China jatuh ke tingkat terendahnya. Diperkirakan akan jatuh dari 10,6 juta pada tahun lalu menjadi 10 juta tahun ini. Sekitar 11,5 persen lebih rendah dari 2020.

Angka kelahiran China pada tahun 2021 adalah 1.16, salah satu terendah di dunia dan di bawah rata-rata 2.1 yang menurut OECD diperlukan untuk populasi yang stabil. China menerapkan kebijakan satu anak dari tahun 1980 sampai 2015. China menyadari menyusutnya populasi akan berdampak pada kemampuan membiayai dan merawat orang lanjut usia.

Demi mengatasi masalah ini pemerintah dari tingkat nasional sampai provinsi telah menerapkan berbagai kebijakan seperti pemotongan pajak, cuti hamil yang lebih lama, memperkuat asuransi medis, subsidi perumahan dan memberi uang tambahan bagi anak ketiga.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement