REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memproyeksikan ekonomi digital Indonesia akan tumbuh hingga Rp 4.818 triliun pada 2030. Erick menilai potensi ini merupakan market besar dan harus dimanfaatkan.
"Angka ini menjadikan Indonesia sebagai kontributor terbesar bagi ekonomi digital Asia Tenggara. Saat ini Indonesia menempati urutan kelima dengan jumlah perusahaan startup terbanyak di dunia dengan mencetak 2.346 startup," ujar Erick saat meluncurkan BUMN Startup Day 2022 di kantor Kementerian BUMN, Selasa (23/8/2022).
Erick menyampaikan ekonomi digital terbukti menjadi salah satu pilar resiliensi ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Dalam lanskap ekonomi digital itulah startup berperan penting, mulai dari menyediakan solusi digital terhadap kebutuhan sehari-hari, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mendorong pencapaian dan daya saing teknologi Indonesia.
Dengan bonus demografi yang tengah dihadapi Indonesia, lanjutnya, gen Z dan gen A akan memainkan peranan penting dalam perubahan negeri. Erick menyebut kelas ekonomi menengah Indonesia diperkirakan tumbuh hingga berjumlah lebih dari 145 juta orang. "Pertanyaannya, kita mau di mana posisinya, apakah jadi pemain atau penonton atau komentator?" tanya Erick.
Erick mengatakan potensi ekonomi digital perlu disikapi dengan baik dengan menggerakkan kerja sama lintas sektor. Oleh karenanya, Erick terus mendorong transformasi bisnis BUMN, khususnya melalui digitalisasi yang merupakan sebuah keharusan. "Saya selalu menekankan, BUMN tidak boleh menjadi dinosaurus," katanya.
Untuk itu, ucap Erick, beberapa langkah strategis telah dilakukan semisal memperkuat pembangunan infrastruktur Indonesia dengan data cloud, jaringan 5G, dan lainnya yang diharapkan menjadi agregator bagi produk-produk lokal Indonesia untuk mewujudkan negara mandiri, merdeka, dan berdaulat.
"Karena itu saya berharap kita berkolaborasi. Sebelumnya kita sudah mendorong Merah Putih Fund, tidak lain karena ingin adanya intervensi bahwa kita harus mendukung ekonomi digital,” jelasnya.
Erick mendorong startup yang berkembang adalah yang didirikan oleh orang Indonesia, beroperasi di Indonesia, bayar pajak di Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. "Yang tidak kalah pentingnya, kalau nanti jadi besar, go public-nya juga di Indonesia,” tegasnya.