Petugas Kesehatan Perlu Perkuat Surveilans Kasus Polio

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin

Petugas Kesehatan Perlu Perkuat Surveilans Kasus Polio (ilustrasi).
Petugas Kesehatan Perlu Perkuat Surveilans Kasus Polio (ilustrasi). | Foto: Tim infografis Republika

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pandemi Covid-19 belum berakhir, World Health Organization (WHO) sudah mengumumkan kembali wabah baru, yaitu Clade Outbreak atau lebih dikenal sebagai cacar monyet. Wabah penyakit baru semacam ini dirasa akan terus bermunculan.

Penanggulangan polio atau lumpuh layu harus dilakukan bersamaan Covid-19. Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), dr Hariadi Wibisono merasa, terdapat beberapa persamaan antara surveilans lumpuh layu dengan Covid-19.

Sehubungan dengan penemuan-penemuan kasus, pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel. Hariadi menerangkan, lumpuh layuh sendiri merupakan kelumpuhan yang sifatnya lemas, terjadi secara mendadak dan disebabkan oleh virus polio.

Maka itu, Hariadi menekankan, perlu ada penguatan kemampuan petugas kesehatan yang merupakan garda terdepan dalam proses deteksi menjadi kunci yang penting. Untuk mendukung keberhasilan surveilans polio serta Covid-19 selama pandemi.

Baca Juga

"Sejalan surveilans, program vaksinasi merupakan poin penting dalam pencegahan penyakit menular seperti polio dan Covid-19," kata Hariadi dalam webinar yang digelar Pusat Kedokteran Tropis UGM, John Hopkins University dan Universitas Udayana, Selasa (23/8/2022).

Perwakilan WHO Indonesia, Dr Stephen Chacko menuturkan, tantangan yang umumnya dihadapi dalam vaksinasi polio maupun covid-19 selama pandemi adalah penutupan sementara pusat vaksinasi. Lalu, prioritas yang berbeda antar tenaga kesehatan.

Kemudian, terbatasnya sumber daya, ada ketakutan akan terpapar Covid-19 ketika beraktivitas di luar rumah, serta beredarnya misinformasi. Menurut Stephen, persoalan ini dapat diminimalisir bila adanya komitmen dari pemangku kebijakan.

"Serta, pengembangan dan distribusi vaksinasi yang memadai dikala pandemi," ujar Stephen.

Peneliti dari John Hopkins University, Olakunle Alonge menekankan, pengurangan penyakit seperti polio harus dilakukan secara berkesinambungan antar subsistem kesehatan. Hal ini berguna untuk mempersiapkan dan merespon darurat kesehatan.

"Serta, upaya memperkuat ketahanan sistem kesehatan. Untuk mendukung program vaksinasi, dibutuhkan integrasi antara kampanye dengan mobilisasi sosial," kata Olakunle.

Vaksinasi kelompok rentan harus diprioritaskan dengan jemput bola. Perlu surveilans berbasis komunitas yang dapat meningkatkan kemampuan komunitas mendeteksi dini kasus polio dan Covid-19 serta menyukseskan surveilans global yang terintegrasi.

"Kerja sama antar berbagai pihak dan adanya pusat operasi darurat kesehatan untuk memudahkan koordinasi antar pihak terkait," ujar Olakunle. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


CDC Selidiki Kasus Polio Pertama di AS Selama Hampir Satu Dekade

Ratusan Orang di New York Kemungkinan Terinfeksi Virus Polio

Virus Polio Ditemukan di Air Limbah New York 

Infografis Kasus Polio Pertama AS dalam Hampir 1 Dekade

AS Catat Kasus Polio Pertama dalam Hampir 10 Tahun

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark