REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Harga telur ayam negeri di Kota Tasikmalaya masih terpantau tinggi. Di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya, harga kebutuhan itu masih berkisar Rp 30 ribu per kilogram.
Salah seorang pedagang di pasar terbesar di Kota Tasikmalaya itu, Risna (20 tahun), mengatakan, di kiosnya harga telur berkisar Rp 27.500 hingga Rp 30 ribu per kilogram. Kenaikan harga telur itu disebut telah terjadi sejak sepekan terakhir.
"Di sini paling murah Rp 27.500 per kilogram, paling mahal Rp 30 ribu per kilogram," kata dia saat kiosnya dikunjungi Republika.co.id, Selasa (23/8/2022).
Ia menjelaskan, perbedaan harga itu menentukan kualitas telur yang dijual. Telur yang harganya lebih murah disebut masih kotor dan terdapat banyak kotoran ayam. Sementara telur yang harganya lebih mahal sudah dalam kondisi bersih.
Menurut Risna, kenaikan harga telur di pasaran dipicu adanya penyaluran bantuan pangan non-tunai (BPNT) dan program keluarga harapan (PKH). Alhasil, pasokan telur ke pasaran menjadi berkurang.
"Kalau stok mah aman, tapi harganya jadi naik," kata pedagang yang biasa memasok telur dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur, itu.
Risna menyebutkan, sebelum mengalami kenaikan, telur di kiosnya dijual dengan harga sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 27 ribu per kilogram. Setelah ada penyaluran BPNT dan PKH, harga telur langsung melonjak.
Kendati demikian, menurut dia, pembeli telur tetap ada. Pasalnya, telur merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat.
Salah seorang warga Tasikmalaya, Siti (30), mengeluhkan kenaikan harga telur yang terjadi. Pasalnya, telur merupakan kebutuhan yang harus selalu ada di rumahnya.
"Soalnya keluarga saya semua doyan telur," ujar dia.
Alhasil, saat ini ia harus lebih mengatur pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari. Ia berharap, harga telur dapat segera kembali normal.
Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tasikmalaya, Enung Nurteti, mengatakan, saat ini harga telur di pasaran masih berkisar Rp 30 ribu per kilogram. Namun, harga itu sudah mengalami penurunan. Pasalnya, beberapa hari lalu harga telur di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya sempat mencapai Rp 32 ribu per kilogram.
Menurut dia, kemungkinan harga telur akan kembali normal apabila penyaluran BPNT dan PKH sudah selesai. "Beberapa hari lagi paling selesai. Ini kan harga naik karena banyak permintaan untuk BPNT dan PKH, ditambah banyak yang hajatan. Jadi pasokan ke pasar berkurang," kata dia saat dihubungi Republika.co.id
Dengan naiknya harga telur di pasaran, para pedagang mengeluhkan sepinya pembeli. Pasalnya, warga yang biasa membeli telur sebagian telah memiliki kebutuhan itu dari BPNT dan PKH. Apalagi, penyaluran BPNT dan PKH saat ini adalah tahap Juni dan Juli yang disatukan.
Enung berharap, pemerintah pusat dapat kembali mengkaji ulang penyaluran BPNT dan PKH agar tidak dilakukan sekaligus. Penyaluran bantuan itu lebih baik dilakukan secara bertahap agar pasokan di lapangan tidak terganggu.
"Penyalurannya dilakukan bertahap agar harga pasar tak terlalu terganggu signifikan. Kalau sekarang kan terasa sekali," kata dia.
Enung juga menyarankan pemerintah pusat dapat menyalurkan bantuan secara tunai, alih-alih kebutuhan pokok. Dengan bantuan tunai, penerima bantuan bisa mengatur sendiri pengeluarannya, sehingga perekonomian di pasar tetap berjalan.
"Kalau sekarang, orang yang tidak mendapat bantuan terkena dampak dengan harga telur mahal. Kan lebih banyak masyarakat yang tidak dapat bantuan," kata dia.