REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Disfungsi ereksi didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang "cukup kuat" untuk penetrasi. Kondisi ini telah memengaruhi 30 juta atau sekitar 18,7 persen pria di Amerika.
Meskipun lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia, pria yang lebih muda juga tetap bisa mengalaminya. Hal tersebut dinyatakan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Clinical Practice.
Kondisi ini biasanya bukan hal yang nyaman untuk dibicarakan para pria. Penting untuk mempertimbangkan bahwa mungkin ada masalah mendasar yang bahkan bisa mengancam kesehatan secara keseluruhan di balik kondisi diafungsi ereksi.
Berikut enam kondisi yang bisa terkait disfungsi ereksi, seperti dikutip dari laman Men's Health, Selasa (23/8/2022):
1. Penyakit jantung
Penelitian menunjukkan bahwa disfungsi ereksi adalah prediktor kuat dari masalah jantung. Faktanya, ini merupakan faktor risiko yang sama besarnya dengan merokok atau riwayat keluarga dengan penyakit arteri koroner.
“Dusfungsi ereksi pada beberapa pria dapat mendahului peristiwa jantung yang signifikan, serangan jantung, strok, sekitar 10 tahun,” kata profesor urologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Nelson Bennett.
2. Penyakit peyronie
Gangguan jaringan ikat ini menyebabkan kelainan bentuk penis dan memengaruhi sekitar satu dari 100 pria (kemungkinan lebih, karena banyak kasus tidak terdiagnosis).
“Hanya 20 persen orang yang akan mengingat cedera tertentu,” kata profesor urologi klinis dan direktur Program Kesehatan Reproduksi Pria/Pengobatan Seksual Yale Medicine, Stanton C Honig.
3. Penyakit gusi
Meskipun kebersihan mulut yang buruk tidak terbukti menyebabkan disfungsi ereksi secara langsung, ada korelasi yang dapat menimbulkan masalah. Sebuah tinjauan ilmiah yang diterbitkan di Andrology menemukan hubungan yang signifikan antara disfungsi ereksi dan periodontitis, suatu bentuk penyakit gusi yang parah.
Bakteri tertentu di mulut tampaknya terkait dengan disfungsi ereksi. "Hal ini dapat menguraikan atau menghasilkan racun yang dapat menyebabkan beberapa peradangan lokal dan seluruh tubuh," menurut dr Bennett.
4. Sleep apnea
Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau gangguan serius yang menyebabkan orang berhenti bernapas selama 10 hingga 30 detik, dapat menyebabkan disfungsi ereksi dalam prosesnya.
“Sleep apnea menyebabkan sirkulasi pembuluh darah perifer yang buruk,” ujar spesialis pengobatan darurat yang berbasis di Bozeman, Montana, Elliot Justin.
Justin yang juga pendiri FirmTech itu menyebutkan, orang-orang dengan kondisi itu memiliki lebih banyak serangan jantung dan strok serta insiden disfungsi ereksi yang lebih tinggi.
5. Diabetes
Diabetes tipe 2 dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi. Temuan dari Massachusetts Male Aging Study yang telah berjalan lama menunjukkan bahwa pria dengan gangguan metabolisme cenderung mengembangkan disfungsi ereksi sekitar 10 hingga 15 tahun lebih awal dibandingkan mereka yang tidak.
“Ada dua mekanisme yang berperan,” kata dr Justin.
Gula darah yang meningkat adalah neurotoksin, sehingga sebenarnya melemahkan, dan akhirnya menghancurkan ujung saraf. Diabetes juga menyebabkan kalsifikasi dan deposit plak, yang merusak pembuluh darah dan mengurangi aliran darah ke penis.
6. Depresi
Disfungsi ereksi bisa menjadi penurun, bahkan mengarah ke masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Orang dengan depresi 39 persen lebih mungkin mengembangkan disfungsi ereksi dibandingkan mereka yang tidak memiliki gangguan klinis. Hal tersebut dinyatakan dalam sebuah penelitian di The Journal of Sexual Medicine.
Sistem saraf memicu ereksi, dan jika tertekan atau terganggu, itu tidak akan terjadi. Saat pria depresi, maka akan melepaskan zat kimia yang pada dasarnya menghilangkan ereksi, menurut dr Honig.