Selasa 23 Aug 2022 20:41 WIB

Gapki Sarankan PTPN Holding Fokus Bisnis Minyak Goreng Kemasan Sederhana

PTPN Holding disarankan untuk jamin ketersediaan minyak goreng untuk MBR

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Foto udara perkebunan sawit milik PTPN VIII di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. PTPN Holding disarankan untuk jamin ketersediaan minyak goreng untuk MBR
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Foto udara perkebunan sawit milik PTPN VIII di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. PTPN Holding disarankan untuk jamin ketersediaan minyak goreng untuk MBR

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BUMN Holding Perkebunan, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) akan memfokus bisnis di sektor kelapa sawit khususnya untuk kebutuhan produksi minyak goreng.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) yang didominasi oleh perusahaan swasta, menilai, masuknya BUMN sebagai salah satu pemain minyak goreng di RI dapat membantu pemerintah dalam setiap program di sektor pangan.

Sekretaris Jenderal Gapki, Eddy Martono, menuturkan, rencana bisnis itu kemungkinan juga atas permintaan pemerintah agar lebih berperan di hilir industri. Terutama agar bisa memproduksi minyak goreng kemasan sederhana atau MinyaKita yang merupakan program pemerintah.

"Ini bagus untuk menjamin ketersediaan minyak goreng untuk masyarakat berpendapatan rendah," kata Eddy.

Namun, Eddy menuturkan, saat ini produsen minyak goreng di Indonesia sudah didominasi oleh produsen khusus pasar lokal ketimbang eksportir. Di sisi lain, dari sisi produksi minyak goreng pun tak menjadi masalah untuk saat ini.

Hanya saja, ia menilai PTPN tentunya sudah memiliki perhitungan tersendiri dalam rencana bisnisnya. Termasuk, dalam hal peningkatan kapasitas pabrik hingga penambahan luas areal perkebunan kelapa sawit.

Direktur Utama PTPN III (Persero) sebagai induk holding BUMN perkebunan Mohammad Abdul Ghani mengatakan, perseroan akan melakukan transformasi bisnis dengan fokus pada dua komoditas, yakni sawit dan tebu.

"Selama ini kita mengelola banyak komoditas. Khusus kelapa sawit dan gula tebu ini sudah dimasukkan proyek strategis nasional (PSN)," ujar Ghani.

Pihaknya menargetkan PTPN dapat menghasilkan 1,8 juta ton minyak goreng pada 2026 atau sekitar sepertiga dari kebutuhan migor nasional yang sebanyak 5,7 juta ton.

Adapun, khusus untuk minyak goreng curah, PTPN ditargetkan mampu menyuplai 80 persen kebutuhan masyarakat.

Ghani juga menargetkan peningkatan luas lahan kelapa sawit PTPN dari saat ini sebesar 550 ribu hektare (ha) menjadi 700 ribu ha pada 2030. Penambahan itu bisa dicapai dengan alih konversi lahan karet kepada kelapa sawit.

"Ketika itu terjadi, PTPN akan menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar dunia. Saat itu kita akan masuk sektor hilir juga, pada 2026 menghasilkan 1,8 juta ton dan biodiesel paling tidak menghasilkan 450 ribu ton," ucap Ghani.

Ghani menuturkan, PTPN saat ini pun tengah menanti Perpres pembentukan subholding kelapa sawit yang bernama Palmco. Ia berharap proses pembentukan Palmco dapat rampung pada Oktober mendatang.

"Sejak tahun lalu, 18 Agustus, PTPN sudah meluncurkan minyak goreng untuk ritel merek NusaKita, targetnya pada 2024 kita akan menghasilkan 6 persen dari produksi nasional. Sampai akhir tahun ini, kapasitas pabrik kita 17 ribu ton per bulan dan secara bertahap terus ditingkatkan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement