Rabu 24 Aug 2022 10:07 WIB

BBKSDA Riau Pastikan Gajah Bunting yang Mati di Bengkalis karena Diracun

Racun yang menyebabkan kematian gajah Sumatra diduga berasal dari buah nanas.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kondisi bangkai janin gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin betina yang ditemukan mati di kawasan konsesi PT Riau Abadi Lestari, Desa Koto Pait Beringin, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Kamis (26/5/2022) dini hari WIB.
Foto: ANTARA/BBKSDA Riau
Kondisi bangkai janin gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) berjenis kelamin betina yang ditemukan mati di kawasan konsesi PT Riau Abadi Lestari, Desa Koto Pait Beringin, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Kamis (26/5/2022) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan, hasil pemeriksaan menunjukkan gajah bunting yang bangkainya ditemukan di wilayah Kabupaten Bengkalis pada 24 Mei 2022, benar mati karena racun.

Menurut Kepala BBKSDA Riau, Genman S Hasibuan, kesimpulan itu diperoleh berdasarkan hasil nekropsi dan pemeriksaan laboratorium berkenaan dengan kematian gajah bunting yang bangkainya ditemukan di area konsesi PT Arara Abadi di Desa Koto Pait Beringin, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis.

Dia mengemukakan, racun yang menyebabkan kematian gajah itu diduga berasal dari buah nanas. Genman mengatakan, penanganan lebih lanjut kasus kematian gajah tersebut diserahkan kepada kepolisian.

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Pinggir Bengkalis Kompol Maitertika mengatakan, seorang pekerja menemukan bangkai gajah bunting itu dalam keadaan tubuh sudah berbau busuk dan mulut mengeluarkan darah pada 24 Mei 2022.

Genman menjelaskan, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Sumber Daya Genetik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasi bersama tim BBKSDA Riau, Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Balai Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah III Pekanbaru, Polsek Pinggir, dan perwakilan PT Arara Abadi sudah meninjau lokasi kematian gajah itu pada 23 Juli 2022.

"Perlu membangun pola komunikasi yang terintegrasi antara pemangku kepentingan. Selain itu juga perlu pendataan kondisi pada areal ruang gerak gajah atau kantong, sehingga bisa dipetakan semua permasalahan yang ditemukan," kata Genman.

Dalam kunjungan tersebut, semua sepakat untuk mendukung upaya terintegrasi untuk melindungi populasi gajah Sumatra. "Selain itu, perlu internalisasi terhadap langkah langkah yang akan dilakukan, terutama dalam mitigasi konflik," ucap Genman melanjutkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement