Yuk, Belajar Proses Pengolahan Kopi di Dusun Tompak
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Wisatawan peserta farm trip belajar cara memproses dan mengelola kopi di Dusun Tompak, Desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Ahad (21/8). Dalam Kegiatan ini wisatawan diajak belajar mengolah dan memproses kopi mulai dari kebun hingga siap disajikan menjadi secangkir kopi untuk Mereka nikmati. | Foto: Republika/Bowo Pribadi
REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Para penikmat kopi boleh jadi lebih familier dengan bijih kopi yang berkualitas maupun keterampilan barista dalam menyajikan ragam minuman kopi yang nikmat dengan kekhasan cita rasanya.
Namun bagaimana tata laksana dan proses pemuliaan hingga ceri kopi yang dipetik dari kebun dapat diolah menjadi bijih kopi yang berkualitas dengan nilai keekonomian lebih besar, awam masih jamak yang belum tahu.
Peluang inilah yang ditangkap Kelompok Tani Ngudi Makmur, Dusun Tompak, Desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dengan menawarkan farm trip wisata edukasi proses dan pengolahan kopi.
Di sini, para wisatawan tidak hanya bisa menikmati cita rasa kopi khas dusun setempat. Namun juga mendapatkan ilmu bagaimana membudidayakan, mengolah, dan memproses bijih kopi hingga menghasilkan bijih kopi yang berkualitas.
Tak hanya itu, paket wisata edukasi ini juga juga memberikan kesempatan untuk menikmati cita rasa kopi khas setempat, di tengah suasana perdesaan yang masih cukup asri.
“Bagi saya ini pengalaman yang menarik ya. Karena jadi lebih tahu bagaimana kopi itu diproses mulai dari hulu sampai hilir,” ungkap Aditya Pamungkas (25), warga Kota Semarang peserta farm trip.
Sebagai penikmat kopi, ia mengaku selama ini cuma menikmati kopi yang sudah sudah siap disajikan di cafe-cafe atau tempat ngopi premium dan tidak tahu seperti apa bijih kopi itu diproses.
Bahkan cukup detil seperti mana buah kopi yang bisa dipetik, terus proses pascapanen yang ternyata cukup banyak, mulai dari natural, semi wash, full wash yang ternyata berbeda cara pemrosesannya. “Oh, ternyata bijih kopi itu prosesnya panjang banget,” jelasnya.
Hal yang sama diakui Arum Narurita (25), peserta farm trip lainnya, yang mengaku baru kali pertama mengikuti wisata edukasi pemrosesan kopi dan cukup seru.
Karena bisa belajar cara memetik ceri kopi yang benar, proses pengolahan pascapananen mulai dari sortir ceri kopi dari kebun, dipisahkan bijih dari kulit buah kopi (pulping), dijemur, dilepaskan kulit cangkang, disortir kembali, diroasting, hingga disajikan menjadi secangkir kopi yang nikmat.
Menurutnya ini pengalaman yang sangat menarik, bagaimana proses pengolahan kopi mulai dari dipetik sampai minuman kopi siap diminum didapatkan dalam farm trip kali ini. “Sehingga kita lebih bisa menghargai kopi, ternyata prosesnya seperti ini,” tambah dia.
Ditambahkan, paket atau kemasan wisata tidak melulu mengunjungi tempat-tempat yang hit atau populer, namun wisata edukasi di perdesaan dengan belajar bagaimana kopi diproses ini ternyata juga menarik.
Sehingga sebagai penggemar kopi, mereka juga bisa menghargai bagaimana effort dan perjuangan para petani kopi di Dusun Tompak dalam membudidayakan dan mengolah hasil kebun mereka yang cukup panjang.
Terlebih di dusun ini kelompok taninya juga sudah mampu memproduksi bijih kopi berkualitas. “Sehingga menikmati kopi di sini, menjadi semakin lengkap karena bisa belajar lebih banyak tentang proses pengolahan kopi,” lanjutnya.
Optimalkan potensi kopi
Ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur, Antep Rosit mengatakan, Dusun Tompak memiliki potensi kopi rakyat yang besar, karena hampir 100 persen warga memiliki tanaman kopi di kebun maupun pekarangannya.
Bersama-sama dengan anggota kelompok, ia ingin mengoptimalkan potensi yang dimiliki dusun ini sebagai daya tarik wisata. Lebih spesifik edukasi mengenai pemrosesan dan pengolahan kopi dengan mengoptimalkan peran serta warga.
Harapannya tentu bisa memberikan nilai tambah dalam mendukung kesejahteraan warga Dusun Tompak. “Alhamdulillah, warga juga sangat antusias mendukung program-program kelompok tani kami,” jelasnya.
Pria yang akrab disapa Simon ini menambahkan, untuk kunjungan yang ditawarkan memang dikemas dalam edukasi/belajar memproses kopi mulai petik dari kebun rakyat, memproses kopi hasil panen, mengolah, hingga menyajikan menjadi secangkir kopi yang siap dinikmati.
Wisatawan atau peserta farm trip akan dipandu oleh para petani anggota kelompok untuk belajar bagaiman memetik biji kopi yang baik, pemrosesan, hingga proses roasting. Selain itu juga diajarkan beberapa cara menyajikan kopi yang siap untuk dinikmati.
Warga dusun membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa pun yang ingin belajar terkait pengolahan kopi. “Sebab ini juga menjadi bagian dari upaya untuk memperkenalkan produk unggulan desa agar dikenal lebih oleh masyarakat yang lebih luas,” tegasnya.