Rabu 24 Aug 2022 10:17 WIB

BI Diproyeksi Naikkan Suku Bunga Lagi, Gimana Dong?

Ekonom yakin BI akan kembali naikkan suku bunga untuk jaga inflasi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas menghitung uang dolar AS di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta. Para ekonom beranggapan kenaikan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) jadi 3,75 persen pada Selasa (23/8) bukan satu-satunya kenaikan suku bunga acuan tahun ini. Tujuannya tetap untuk menjangkar inflasi yang diproyeksi akan terus naik.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Petugas menghitung uang dolar AS di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta. Para ekonom beranggapan kenaikan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) jadi 3,75 persen pada Selasa (23/8) bukan satu-satunya kenaikan suku bunga acuan tahun ini. Tujuannya tetap untuk menjangkar inflasi yang diproyeksi akan terus naik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ekonom beranggapan kenaikan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) jadi 3,75 persen pada Selasa (23/8) bukan satu-satunya kenaikan suku bunga acuan tahun ini. Tujuannya tetap untuk menjangkar inflasi yang diproyeksi akan terus naik.

Mengingat, kebijakan suku bunga hanya akan berdampak langsung pada inflasi inti, bukan inflasi pangan dan energi. Masalah utama inflasi domestik adalah inflasi volatile food dan administered price.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyampaikan ini bukan kenaikan suku bunga yang pertama tahun ini. "Perlu bersiap suku bunga naik secara persisten hingga tahun depan," kata dia pada Republika, Selasa (23/8).

Masyarakat khususnya menengah ke bawah perlu bersiap. Menurutnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat dalam merespons kebijakan tersebut.

Pertama, segera melunasi pinjaman sebelum suku bunga semakin meningkat. Kedua, atur gaya hidup dan lebih banyak berhemat. Ketiga, menunda pengeluaran yang belum mendesak. Keempat, sisa pengeluaran sebaiknya langsung di investasikan untuk melindungi dari aset tergerus inflasi.

"BI diperkirakan berpotensi untuk melanjutkan kenaikan hingga akhir tahun ini sebesar 50 bps dan hingga awal tahun depan," Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede.

Berkaitan dengan dampaknya terhadap permintaan akan barang dan jasa, kata dia, kenaikan suku bunga tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Terutama, yang berkaitan dengan investasi hingga konsumsi.

Ini bergantung pada seberapa cepat transmisi kenaikan suku bunga oleh sektor perbankan. Dari sisi inflasi sendiri, dampaknya terhadap keyakinan konsumen dan penjualan ritel, yang pada dua bulan terakhir mulai mengalami penurunan.

Untuk kuartal III 2022, pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II. Namun, kenaikan pertumbuhan ekonomi ini lebih disebabkan oleh low base effect pada kuartal III 2021, yang melambat akibat penyebaran varian Delta COVID-19.

Perlambatan akan mulai terasa pada kuartal IV 2022, yang diperkirakan melambat hingga di bawah 5,0 persen. Secara umum, pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan berkisar pada 5,0-5,2 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement