Rabu 24 Aug 2022 14:20 WIB

Menteri BUMN Sebut Keterbatasan Jumlah Pesawat Jadi Penyebab Mahalnya Tiket

Saat ini jumlah pesawat di Indonesia hanya berkisar 300 pesawat.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi penerbangan
Ilustrasi penerbangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan keterbatasan armada penerbangan menjadi salah satu alasan di balik melonjakan harga tiket pesawat. Erick mencontohkan jumlah pesawat di AS mencapai 7 ribu pesawat dan idealnya Indonesia memiliki seperempat atau sekitar seribu pesawat.

"Tentu tidak bisa apple to apple karena PDB per kapita AS yang 40 ribu dolar AS, sementara Indonesia masih 10 ribu dolar AS, tapi masa kejayaan industri penerbangan di Indonesia itu total pesawat masih sekitar 600-an jadi masih ada gap yang cukup jauh," ujar Erick saat rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (24/8/2022).

Baca Juga

Erick menilai hal ini diperparah dengan pandemi yang membuat jumlah pesawat di Indonesia hanya berkisar 300 pesawat. Dia menyebut keberhasilan Garuda Indonesia dalam proses PKPU tak serta merta membuat maskapai kebanggaan Indonesia dapat terbang seluruhnya.

Erick mengatakan saat ini jumlah pesawat Garuda yang beroperasi hanya sebanyak 36 pesawat dan 38 pesawat dari Citilink. Erick menargetkan Garuda dapat meningkatkan operasional menjadi 61 pesawat dan Citilink dengan 58 pesawat setelah merampungkan proses restrukturisasi hingga penerimaan PMN sebesar Rp 7,5 triliun.

"Apakah cukup? tidak karena masa kejayaan Garuda itu kurang lebih 170 pesawat, tetapi karena restrukturisasi kemarin kan sebagian besar pesawatnya diambil juga, ini yang kita sekarang konsolidasi," ucap Erick.

Selain itu, Erick juga terus memperbaiki model bisnis Garuda dan Citilink yang lebih fokus dalam menggarap pasar domestik dengan persentase 70 persen penerbangan untuk dalam negeri atau lebih besar daripada sebelumnya yang 50:50. Erick menilai langkah Garuda fokus dalam pasar domestik mendapat apresiasi dari PKPU.

"Itu jadi kesimpulan PKPU bahwa mereka percaya domestik market kita besar potensi. Saat itu juga kita memberanikan diri terbangkan Pelita Air dengan tiga pesawat, insyaAllah tahun ini delapan pesawat, nanti pertengahan tahun depan jadi 20 pesawat. Mekanisme dunia usaha industri ini memerlukan jumlah pesawat, ini yang kita coba terus dorong," kata Erick menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement