Pemberlakukan Satu Arah Jalan Gambiran Dinilai Turunkan Volume Kendaraan
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Sekretaris Dinas Perhubungan Kota yogyakarta, Golkari Made Yulianto. | Foto: Silvy Dian Setiawan
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta menyebut dari hasil simulasi, terjadi penurunan volume kendaraan di Jalan Gambiran dengan diberlakukannya manajemen rekayasa lalu lintas satu arah ke arah selatan. Pemberlakuan satu arah ini dimulai pada 30 Agustus 2022 nanti.
Meskipun begitu, Dishub sudah melakukan simulasi sebelumnya. Dari simulasi tersebut terjadi penurunan volume kendaraan yang cukup signifikan. Sekretaris Dinas Perhubungan Kota yogyakarta, Golkari Made Yulianto mengatakan, volume kendaraan di Jalan Gambiran mencapai 1.217 kendaraan per jam.
Namun, saat dilakukan simulasi satu arah, volume kendaraan turun menjadi 693 kendaraan per jamnya. "Itu dihitung atau survei kita pada saat jam puncak, pada pagi berangkat sekolah atau berangkat kantor dan ketika orang pulang sekolah pulang kantor sore," kata Yulianto di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (24/8).
Bahkan, Yulianto menyebut, kinerja lalu lintas di Jalan Gambiran juga turun dari 0,97 menjadi 0,44. Meskipun di Jalan Gambiran diberlakukan satu arah, namun di Jalan Pramuka tetap diberlakukan dua arah.
Sementara itu, di Jalan Pramuka akan terjadi sedikit peningkatan volume kendaraan akibat diberlakukannya satu arah di Jalan Gambiran. Meski begitu, katanya, peningkatan volume kendaraan ini masih dalam batas normal.
"Dampaknya di Jalan Pramuka ada sedikit kenaikan volume kendaraan, tapi dari sisi kapasitas kinerja jalan masih termasuk dalam kondisi yang cukup aman," ujarnya.
Yulianto menjelaskan, dari simulasi dan perhitungan yang sudah dilakukan, kinerja lalu lintas di Jalan Pramuka yakni naik dari 0,4 menjadi 0,63. Angka tersebut masih terbilang belum tinggi karena belum mencapai ambang batas yakni di sekitar angka 0,8
"Satu arah di Jalan Gambiran (mengakibatkan) ada kenaikan di Jalan Pramuka menjadi 0,63. Ada sedikit kenaikan, tapi masih cukup lancar, kalau sudah 0,8 baru diwaspadai," jelas Yulianto.
Selama diterapkannya manajemen rekayasa lalu lintas mulai akhir Agustus nanti, pihaknya akan melakukan terus evaluasi. Pihaknya juga tengah melakukan kajian terkait jalan lainnya di Kota Yogyakarta yang perlu diterapkan manajemen rekayasa lalu lintas ini.
"Ke depan ada hal yang sama terhadap ruas jalan lain yang mungkin akan kita terapkan manajemen yang sama. Apalagi mungkin dalam jangka waktu tidak terlalu lama, tol akan menyambung sampai Yogya, pasti itu akan berdampak kepada lalu lintas. Kalau tidak diimbangi dengan manajemen rekayasa lalu lintas, maka yang terjadi Yogya akan macet," tambahnya.
Dikatakan, berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya pada 2021, rata-rata kinerja lalu lintas di Kota Yogyakarta masih rendah yakni 0,5. Hal ini dikarenakan masih dalam kondisi pandemi Covid-19, yang mana mobilitas masyarakat belum pulih normal.
"(Untuk survei) Tahun ini belum selesai, kita nunggu hasil itu, (tapi mobilitas) sekarang sudah mendekati normal," kata Yulianto.